Menelusuri Sejarah Gunung Trikora: Jejak Alam dan Kolonial di Punggung Papua!
Menelusuri Sejarah Gunung Trikora: Jejak Alam dan Kolonial di Punggung Papua!-net: foto-
Ekspedisi Lorentz tidak mencapai puncak Trikora, tetapi memberikan gambaran detail kondisi geografis yang sangat membantu perjalanan-perjalanan berikutnya.
Puncak Gunung Trikora akhirnya berhasil didaki pertama kali pada 21 Februari 1913 oleh tiga pendaki Belanda: A.H. Colijn, J.J. Dozy, dan F. Wissel.
Pendakian ini menjadi momen bersejarah karena mereka tercatat sebagai orang-orang pertama yang berhasil menyentuh salah satu titik tertinggi di Papua.
Catatan perjalanan mereka memuat deskripsi detail mengenai lapisan salju, tebing curam, serta kehidupan masyarakat pegunungan Papua yang saat itu masih minim diketahui dunia luar.
BACA JUGA:Jejak Emas Majapahit: Kerajaan Terbesar dalam Sejarah Indonesia!
Setelah Indonesia merdeka, nama Wilhelmina Top kemudian diganti menjadi Gunung Trikora, merujuk pada Tri Komando Rakyat (Trikora) tahun 1961, sebuah seruan penting Presiden Soekarno untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda.
Nama baru ini menjadi simbol perjuangan nasional, sekaligus mencerminkan babak baru sejarah Papua dalam bingkai Indonesia.
Di balik sejarah kolonial dan kemerdekaan, Gunung Trikora juga memiliki hubungan erat dengan masyarakat adat yang tinggal di wilayah pegunungan tinggi Papua.
Suku-suku seperti Dani, Yali, dan Mek menyebut jajaran Pegunungan Maoke sebagai tanah leluhur yang penuh nilai spiritual.
Gunung-gunung besar dipandang sebagai pusat kekuatan alam, tempat bersemayam roh penjaga, serta simbol keagungan pencipta.
BACA JUGA:Sejarah Gunung Papandayan: Jejak Letusan Besar dan Misteri Alam di Garut!
Meski tidak banyak yang mendaki puncaknya, masyarakat lokal memiliki banyak cerita tradisional yang terkait dengan pegunungan tinggi ini.
Salah satu perubahan paling drastis dalam sejarah Gunung Trikora adalah hilangnya salju abadi yang dahulu menyelimuti puncaknya.
Foto-foto ekspedisi pada awal abad ke-20 menunjukkan bahwa Trikora memiliki lapisan gletser yang sangat luas.
Namun, akibat perubahan iklim global, salju tersebut menyusut cepat dan diperkirakan hilang sepenuhnya sejak awal abad ke-21.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
