Pemkot PGA

Sejarah Patung Sigale-Gale: Warisan Budaya Batak Toba yang Sarat Kisah Duka dan Mistis!

Sejarah Patung Sigale-Gale: Warisan Budaya Batak Toba yang Sarat Kisah Duka dan Mistis!

Sejarah Patung Sigale-Gale: Warisan Budaya Batak Toba yang Sarat Kisah Duka dan Mistis!-net: foto-

PAGARALAMPOS.COM - Patung Sigale-Gale merupakan salah satu warisan budaya khas suku Batak Toba di Sumatra Utara yang sarat nilai sejarah, spiritual, dan tradisi.

Patung ini terkenal karena dapat bergerak seperti manusia saat digunakan dalam upacara ritual.

Hingga kini, Sigale-Gale menjadi simbol duka, cinta orang tua terhadap anak, serta kepercayaan masyarakat Batak terhadap arwah leluhur.

Meski sudah menjadi atraksi budaya, awal mula keberadaan patung ini menyimpan kisah yang menyentuh hati.

BACA JUGA:Begini! Cerita Legenda Gunung Bromo dan Suku Tengger Hingga Tradisi Kasada

Menurut cerita rakyat yang berkembang di tanah Batak, Sigale-Gale berasal dari kisah seorang raja bernama Rahat yang memimpin Kerajaan Samosir.

Sang raja memiliki seorang anak laki-laki yang sangat ia sayangi bernama Manggale. Manggale tumbuh menjadi pemuda gagah dan bijaksana. Sayangnya, ia meninggal dunia akibat penyakit mematikan saat usianya masih muda.

Kepergian Manggale membuat Raja Rahat dan permaisuri diliputi kesedihan mendalam hingga sang raja jatuh sakit dan kehilangan semangat hidup.

Para penatua adat kemudian mencari cara agar raja bangkit dari kesedihannya. Mereka membuat patung kayu yang menyerupai sosok Manggale.

BACA JUGA:Sejarah Museum Kayuh Baimbai: Jejak Budaya Sungai dan Kehidupan Masyarakat Banjar!

Patung tersebut dinamakan Sigale-Gale, yang dalam bahasa Batak berarti “lemah gemulai”. Patung ini dibuat dari kayu nangka atau kayu ingul, dilengkapi pakaian adat Batak, ulos, dan ornamen khas.

Tidak hanya itu, bagian tubuh patung didesain agar bisa digerakkan dengan tali atau sistem mekanik sederhana sehingga tampak seolah-olah hidup dan menari.

Patung Sigale-Gale kemudian digunakan dalam sebuah upacara pemanggilan arwah. Para dukun atau pemangku adat melakukan ritual memohon agar roh Manggale merasuki patung tersebut.

Ketika patung bergerak dan menari tor-tor, diyakini bahwa roh sang anak telah hadir untuk menghibur ayahnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait