Pemkot PGA

Sejarah Tari Bambu Gila: Warisan Mistis dari Tanah Maluku yang Penuh Makna Spiritual!

Sejarah Tari Bambu Gila: Warisan Mistis dari Tanah Maluku yang Penuh Makna Spiritual!

Sejarah Tari Bambu Gila: Warisan Mistis dari Tanah Maluku yang Penuh Makna Spiritual!-net:foto-

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Danau Kakaban: Keajaiban Laut Purba di Tengah Pulau!

Selain itu, bambu dianggap sebagai simbol keseimbangan antara dunia nyata dan dunia gaib. Ketika bambu mulai “hidup”, masyarakat percaya bahwa roh leluhur hadir dan memberikan energi kepada peserta tarian.

Karena itu, sebelum dimulai, pawang akan melakukan ritual pembukaan, membakar kemenyan, dan melafalkan mantra khusus untuk memanggil kekuatan spiritual.

Filosofinya juga mengajarkan tentang pengendalian diri. Walau terlihat seperti kekuatan tak terkendali, pawang sebenarnya memegang kendali penuh.

Ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan, manusia harus tetap tenang dan bijak dalam menghadapi kekuatan atau situasi yang sulit.

BACA JUGA:Sejarah Manik-Manik Kuno di Pulau Sumatra: Jejak Perdagangan, Keindahan, dan Nilai Spiritual dari Masa Silam!

Proses dan Jalannya Pertunjukan

Dalam pertunjukan Tari Bambu Gila, biasanya terdapat batang bambu sepanjang sekitar dua meter yang sudah dikeringkan. Batang ini dipegang oleh beberapa pria di kedua ujungnya.

Sebelum tarian dimulai, pawang akan memercikkan air suci dan membaca mantra sambil mengibaskan kemenyan ke arah bambu.

Begitu mantra selesai, bambu perlahan mulai bergerak — awalnya bergetar, lalu semakin kuat hingga menyeret para penarinya.

BACA JUGA:Sejarah Danau Rayo: Pesona Alam dan Legenda yang Tersembunyi di Jambi!

Para pria yang memegang bambu tampak kesulitan menahan gerakan yang tidak terkendali, seolah bambu itu memiliki kekuatan sendiri.

Penonton biasanya bersorak kagum, menyaksikan bagaimana bambu itu “menari” di tengah teriakan dan dentuman musik tradisional Maluku.

Ketika pawang mengucapkan mantra penutup, bambu akan berhenti bergerak secara perlahan.

Ritual ini diakhiri dengan doa syukur sebagai bentuk penghormatan kepada roh leluhur yang telah “turun” selama tarian berlangsung.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait