Pemkot PGA

Menelusuri Sejarah Danau Rawa Pening: Antara Legenda dan Kenyataan!

Menelusuri Sejarah Danau Rawa Pening: Antara Legenda dan Kenyataan!

Menelusuri Sejarah Danau Rawa Pening: Antara Legenda dan Kenyataan!-net: foto-

PAGARALAMPOS.COM - Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan alam yang melimpah, termasuk keberadaan danau-danau yang indah dan menyimpan cerita sejarah di baliknya.

Salah satu yang paling terkenal di Jawa Tengah adalah Danau Rawa Pening, sebuah danau alami yang terletak di Kabupaten Semarang, tepatnya di daerah Ambarawa, Bawen, dan Tuntang.

Selain panorama alamnya yang menawan, danau ini menyimpan jejak sejarah yang bercampur dengan kisah legenda turun-temurun, menjadikannya destinasi wisata sekaligus ruang budaya yang penuh makna.

Asal-Usul Nama dan Lokasi

BACA JUGA:Sejarah Bukit Soeharto: Hutan Lindung dan Jejak Perjalanan Waktu di Kalimantan Timur!

Nama “Rawa Pening” berasal dari kata “rawa” yang berarti lahan basah berair, dan “pening” yang dalam bahasa Jawa kuno berarti jernih atau bening.

Sehingga, secara harfiah Danau Rawa Pening dapat diartikan sebagai rawa dengan air yang jernih. Danau ini memiliki luas sekitar 2.670 hektare, menjadikannya salah satu danau terbesar di Jawa Tengah.

Letaknya yang berada di cekungan kaki Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran membuat Rawa Pening menjadi daerah tangkapan air alami.

Tak heran, sejak masa lalu hingga sekarang, danau ini memiliki fungsi vital sebagai sumber pengairan, penampungan air hujan, dan sekaligus penopang kehidupan masyarakat sekitar.

BACA JUGA:Mengenal Sejarah Bukit Moko: Pesona Alam dan Jejak Waktu di Puncak Bandung!

Legenda Baru Klinthing

Sejarah Rawa Pening tak bisa dilepaskan dari legenda Baru Klinthing, kisah rakyat Jawa Tengah yang begitu populer. Cerita ini turun-temurun diceritakan untuk menjelaskan asal mula terbentuknya danau.

Menurut legenda, dahulu kala di sebuah desa hiduplah seekor naga bernama Baru Klinthing, putra dari Nyai Salak dan Resi Telomoyo.

Karena dianggap menjijikkan, masyarakat menolak keberadaannya. Dalam suatu sayembara, Baru Klinthing diminta untuk menancapkan sebuah lidi ke tanah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait