Pemkot PGA

Sejarah dan Asal Usul Gunung Kendeng: Jejak Alam, Legenda, dan Kehidupan Masyarakat Sekitar!

Sejarah dan Asal Usul Gunung Kendeng: Jejak Alam, Legenda, dan Kehidupan Masyarakat Sekitar!

Sejarah dan Asal Usul Gunung Kendeng: Jejak Alam, Legenda, dan Kehidupan Masyarakat Sekitar!-net:foto-

BACA JUGA:Misteri Jejak Kuno yang Tersembunyi di Balik Hutan Tua Akhirnya Terungkap

Oleh karena itu, sebagian masyarakat masih memegang teguh larangan-larangan tertentu, seperti tidak boleh sembarangan menebang pohon besar atau merusak gua di sekitar pegunungan.

Kontroversi dan Kisah Modern Gunung Kendeng

Dalam perkembangan modern, Gunung Kendeng menjadi sorotan karena rencana eksploitasi tambang semen yang menimbulkan perdebatan panjang.

Masyarakat lokal yang dikenal dengan sebutan “Sedulur Sikep” atau Samin menolak keras penambangan besar-besaran di kawasan Kendeng.

BACA JUGA:Yuk Dengarkan Cerita di Balik Musik Kolintang yang Merdu dan Bikin Hati Tenang

Mereka berpendapat bahwa pegunungan kapur ini adalah sumber air yang vital bagi pertanian dan kehidupan warga sekitar.

Gerakan penolakan ini bahkan menjadi berita nasional, dengan simbol aksi terkenal berupa ibu-ibu Kendeng yang mengecor kaki mereka dengan semen di depan Istana Negara sebagai bentuk protes.

Dari sini, Gunung Kendeng tidak hanya dikenal karena sejarah dan mitologinya, tetapi juga menjadi simbol perjuangan masyarakat kecil untuk melawan eksploitasi alam.

Nilai Historis dan Budaya Gunung Kendeng

BACA JUGA:Misteri Jejak Kuno yang Tersembunyi di Balik Hutan Tua Akhirnya Terungkap

Jika ditelusuri, Gunung Kendeng memiliki dua sisi sejarah yang saling melengkapi. Di satu sisi, terdapat kisah mitologis yang diwariskan dari generasi ke generasi tentang asal-usulnya.

Di sisi lain, pegunungan ini juga menjadi saksi nyata perjalanan sejarah sosial masyarakat Jawa, mulai dari era kerajaan, masa kolonial, hingga perlawanan masyarakat modern terhadap kepentingan industri.

Gunung Kendeng juga merepresentasikan hubungan harmonis manusia dengan alam. Masyarakat sekitar percaya bahwa kesejahteraan mereka bergantung pada bagaimana mereka memperlakukan alam.

Jika alam dirusak, maka bencana akan datang, baik berupa kekeringan, gagal panen, maupun hilangnya sumber air.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait