Sejarah Suku Sabu, Asal-Usul Kepercayaan Tradisional Bahasa dan Warisan Budaya Masyarakat!
Sejarah Suku Sabu: Asal-Usul, Kepercayaan Tradisional, Bahasa, dan Warisan Budaya Masyarakat!-net:foto-
Suku Sabu dikenal memiliki struktur sosial yang kuat dengan nilai kekerabatan yang tinggi.
Mereka memiliki sistem adat yang disebut Hubbu, yakni ikatan kekerabatan yang menekankan pentingnya hubungan keluarga dalam setiap aspek kehidupan.
Dalam tradisi Sabu, keluarga besar menjadi pusat kehidupan sosial dan budaya, sehingga setiap individu merasa memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya.
Selain itu, masyarakat Sabu menganut sistem patrilineal, yaitu garis keturunan ditarik dari pihak ayah. Hal ini tercermin dalam pembagian warisan, kepemimpinan keluarga, hingga peran laki-laki dalam upacara adat.
Meski begitu, peran perempuan juga tetap penting, terutama dalam menjaga tradisi, mengatur rumah tangga, dan melestarikan kearifan lokal.
BACA JUGA:Ayo Telusuri Cerita Arisan, Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Dulu Banget
Kepercayaan Tradisional
Sebelum agama besar masuk ke Pulau Sabu, masyarakat setempat memeluk kepercayaan tradisional yang disebut Jingi Tiu.
Kepercayaan ini berpusat pada penyembahan terhadap dewa-dewa dan roh leluhur, yang diyakini berperan besar dalam kehidupan manusia.
Salah satu tokoh yang disakralkan adalah Dei Ama, yang dianggap sebagai penguasa tertinggi atau dewa pencipta.
Dalam praktiknya, mereka melakukan berbagai upacara adat untuk meminta hujan, kesuburan tanah, hingga perlindungan dari marabahaya.
Ketika agama Kristen masuk melalui misionaris Belanda pada abad ke-18, sebagian besar masyarakat Sabu mulai beralih keyakinan.
Namun, tradisi Jingi Tiu masih tetap hidup berdampingan, terutama dalam ritual adat dan upacara sakral yang dianggap bagian dari identitas budaya.
BACA JUGA:Yuk Kenang Kisah Tukang Sado, Jejak Transportasi Lama yang Pernah Ramai di Jalanan
Bahasa dan Sastra Lisan
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
