Pemkot PGA

Menyelami Kisah Benteng Martello: Warisan Abad 19 di Teluk Jakarta

Menyelami Kisah Benteng Martello: Warisan Abad 19 di Teluk Jakarta

Menyelami Kisah Benteng Martello: Warisan Abad 19 di Teluk Jakarta-Foto: net -

BACA JUGA:Mengungkap Kisah Mistis dan Spiritualitas Gunung Pakuwojo: Warisan Sejarah dari Tanah Jawa

BACA JUGA:Gunung Sumantri: Jejak Sejarah dan Kisah Kepahlawanan di Atap Papua

Fungsi benteng ini meliputi pos pengawasan, tempat penyimpanan amunisi, dan markas militer kecil. Walau tidak pernah menjadi lokasi pertempuran besar, keberadaannya menegaskan pentingnya pengendalian jalur pelayaran dan pertahanan pesisir bagi kekuasaan kolonial.

Selain aspek militer, benteng ini juga menjadi simbol kekuasaan Belanda atas wilayah jajahannya—sebuah lambang dominasi dan kekuatan.

Kemunduran dan Pengabaian

Memasuki abad ke-20, teknologi militer yang terus berkembang menjadikan benteng-benteng statis seperti Martello kehilangan peran strategisnya.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Pulau Kelor beserta bentengnya mulai terlupakan. Bangunan yang dahulu megah ini mengalami kerusakan akibat abrasi laut dan minimnya perawatan. Kini, yang tersisa hanyalah dinding batu bata melingkar dan beberapa bagian lantai.

Meski demikian, bentuk asli benteng masih dapat dikenali, menjadikannya lokasi menarik bagi penggemar sejarah dan fotografi.

BACA JUGA:Sejarah Majapahit Tak Pernah Lengkap, Ini Alasannya

BACA JUGA:Suku Aru dan Warisan Bahari: Menyingkap Sejarah Peradaban Tua di Ujung Timur Nusantara

Upaya Pelestarian dan Daya Tarik Wisata

Meningkatnya minat terhadap wisata sejarah dan budaya mendorong berbagai pihak untuk mengangkat potensi Pulau Kelor sebagai destinasi wisata di Kepulauan Seribu.

Benteng Martello sering dijadikan latar untuk pemotretan, film, dan konten kreatif lainnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah melakukan beberapa langkah konservasi ringan untuk melindungi bangunan ini dari kerusakan lebih lanjut.

Namun, tantangan utama masih berupa abrasi yang terus mengikis pulau, serta keterbatasan dana dan akses logistik yang sulit.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait