Pemkot PGA

Kekaisaran Aztec Ketika Dewa, Raja, dan Perang Jadi Satu

Kekaisaran Aztec Ketika Dewa, Raja, dan Perang Jadi Satu

--

PAGARALAMPOS.COM -Bayangkan sebuah kota yang berdiri megah di atas danau, dengan kuil-kuil menjulang tinggi menantang langit dan jalan-jalan terapung yang padat oleh pedagang, prajurit, dan pendeta.

Di sanalah, di jantung Mesoamerika, Kekaisaran Aztec bangkit, tumbuh, dan menguasai daratan tinggi Meksiko dengan tangan besi dan hati yang berdetak bersama genderang upacara.

Aztec bukan hanya soal perang Mereka adalah para pemimpi, ahli astronomi, arsitek, dan tentu saja, pemuja dewa-dewa yang haus darah. 

Dalam dunia mereka, darah bukan sekadar simbol kehidupan ia adalah bahan bakar semesta.

BACA JUGA:Sejarah Tugu Pal Putih: Simbol Perjuangan dan Identitas Yogyakarta!

Salah satu wajah paling kontroversial dari Kekaisaran Aztec adalah praktik pengorbanan manusia. 

Tidak sembarang darah, tidak sembarang nyawa. 

Yang dicari adalah kesempurnaan: tawanan perang yang kuat, sehat, dan gagah. 

Mereka percaya bahwa matahari, dewa tertinggi mereka Huitzilopochtli memerlukan energi untuk terus terbit setiap pagi Tanpa darah, kegelapan akan menang.

BACA JUGA:Misteri dan Sejarah Danau Segayam Gelumbang: Warisan Alam yang Tersimpan di Tengah Sumsel!

Namun, ritual bukan semata pembantaian. 

Ia adalah drama spiritual, pertunjukan megah dengan kostum berwarna-warni, musik seruling dan genderang, dan irama tarian yang membawa manusia pada batas antara dunia fana dan ilahi. 

Ritual adalah pengikat sosial, penguat kekuasaan, dan cermin dari ketakutan terdalam manusia akan kekacauan.

Kekaisaran Aztec dibangun di atas sistem kekuasaan yang terorganisir. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait