Ulama di Garis Depan Peran Mengejutkan K.H. Hasyim Asy’ari dalam Revolusi
--
PAGARALAMPOS.COM- Perjalanan panjang bangsa Indonesia menuju gerbang kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari peran tokoh-tokoh ulama yang mengorbankan jiwa dan raganya demi tanah air.
Salah satu tokoh sentral dalam perjuangan tersebut adalah Kiai Haji Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, yang bukan hanya seorang ulama besar, tetapi juga pejuang yang membakar semangat rakyat dengan nilai-nilai keislaman dan nasionalisme.
K.H. Hasyim Asy’ari adalah sosok yang menggabungkan nilai-nilai Islam dengan semangat cinta tanah air.
Ia memandang bahwa membela bangsa dari penjajahan adalah bagian dari kewajiban agama, Dalam pandangannya, mempertahankan kemerdekaan Indonesia sejajar dengan mempertahankan iman.
BACA JUGA:Bukan Hanya di Amerika Ini Sejarah Perbudakan yang Mengejutkan Dunia
Prinsip ini kemudian menjadi pijakan penting dalam membangun semangat juang umat Islam di masa-masa genting menjelang dan pasca proklamasi kemerdekaan.
Melalui pesantren Tebuireng yang ia dirikan di Jombang, Jawa Timur, Kiai Hasyim mendidik generasi muda tidak hanya dengan ilmu agama, tetapi juga semangat patriotisme.
Pesantren menjadi benteng terakhir pendidikan karakter bangsa saat penjajah mencoba mematikan semangat kebangsaan melalui tekanan politik dan militer.
Salah satu momen paling monumental yang menunjukkan peran K.H. Hasyim Asy’ari dalam revolusi kemerdekaan adalah ketika ia mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945.
BACA JUGA:Sejarah Masjid Tuo Kayu Jao: Jejak Islam di Ranah Minang yang Bertahan Berabad-abad!
Dalam seruan itu, ia menegaskan bahwa hukum membela tanah air dari penjajah adalah fardhu 'ain kewajiban individu bagi setiap Muslim, terutama di wilayah yang terancam langsung oleh musuh.
Seruan ini tidak datang dalam ruang hampa.
Saat itu, pasukan Sekutu yang diboncengi oleh Belanda (NICA) mendarat di Surabaya dan mengancam kedaulatan Indonesia yang baru saja diproklamasikan.
Dalam suasana genting tersebut, Resolusi Jihad menjadi penyulut api perlawanan rakyat Surabaya yang kemudian berpuncak pada peristiwa heroik 10 November 1945.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
