Pemkot PGA

Boven Digoel Penjara Kolonial yang Menghancurkan Jiwa Tokoh Bangsa

Boven Digoel Penjara Kolonial yang Menghancurkan Jiwa Tokoh Bangsa

--

BACA JUGA:Kenapa Samudra Pasai Begitu Penting Dalam Sejarah Islam di Asia Tenggara? Cek Faktanya Artikel Ini

Tanah berlumpur Hutan tak berujung Nyamuk malaria yang lebih ganas dari senapan serdadu.

Bayangkan Mohammad Hatta seorang cendekiawan, pemikir, dan pemimpin muda terlempar ke tengah rimba Papua Tidak ada ruang diskusi Tidak ada podium, Hanya jeruji dan sunyi. 

Tapi Digoel gagal membungkamnya. 

Dalam keterasingan, justru gagasan-gagasan besar itu tumbuh Seperti pohon yang diam-diam menembus tanah tandus, ide kemerdekaan mengakar kuat.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Benteng Golconda di Hyderabad: Jejak Kejayaan dan Kejatuhan!

Di Digoel, siapa pun bisa kehilangan akal. 

Banyak yang menyerah Sakit, Mati perlahan Tapi tidak semua Ada juga yang bertahan, dengan cara yang tidak terbayangkan. 

Sjahrir, misalnya, menulis dan berpikir dalam senyap. 

Ia tidak melawan dengan senjata, tapi dengan logika. 

BACA JUGA:Sejarah Pulau Kelor: Benteng Martello, Jejak Kolonial dan Warisan Terlupakan di Ujung Jakarta!

Dengan pena Dengan kesadaran bahwa masa depan tidak bisa dilahirkan dari rasa dendam, tapi dari keberanian melampaui penderitaan.

Penjara ini tidak memiliki tembok tinggi seperti Alcatraz atau Nusakambangan. 

Tapi justru itulah kejamnya. Yang memenjarakan bukan bangunan, tapi alam. 

Siapa pun yang mencoba kabur, berarti memilih mati: diterkam buaya, tersesat di hutan, atau habis dilahap malaria, Kebebasan bukan soal lolos dari pagar, tapi bagaimana tetap waras di tengah keterputusan dari dunia.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: