Hadapi Trump, Chatib Basri Sarankan Pemerintah Ikuti Langkah Orde Baru!

Hadapi Trump, Chatib Basri Sarankan Pemerintah Ikuti Langkah Orde Baru!

Foto: Anggota Dewan Ekonomi Nasional, Muhammad Chatib Basri di acara The Yudhoyono Institute-(CNBC Indonesia TV)-

PAGARALAMPOS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menerapkan tarif impor sebesar 10% bagi semua negara mitra dagang AS. Kebijakan ini semakin diperketat dengan penerapan tarif impor yang sangat tinggi untuk beberapa negara, termasuk China sebesar 145% dan Indonesia sebesar 32%.
 
Langkah ini menciptakan berbagai ketidakpastian dalam perekonomian global.

Mantan Menteri Keuangan di era Presiden SBY, Chatib Basri, menekankan pentingnya bagi pemerintah Indonesia untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang muncul dari krisis ini.
 
 
Ia berpendapat bahwa Indonesia perlu mengambil langkah berani seperti yang diterapkan pada era Orde Baru di tahun 1980-an.

"Pada saat itu, pemerintah melakukan devaluasi pada tahun 1986 dan melakukan deregulasi secara signifikan untuk memangkas biaya ekonomi. Seperti yang disampaikan oleh Pak SBY, gunakanlah krisis ini untuk melakukan reformasi. Jangan sia-siakan krisis; masa sulit dapat menjadi pijakan untuk kebijakan yang baik," ungkap Chatib dalam diskusi The Yudhoyono Institute yang bertema Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global di Hotel Sahid, Jakarta, pada Minggu (13/4/2025).
 
BACA JUGA:Waspadai Tsunami Impor: DPR Mengingatkan Bahaya bagi UMKM dan Potensi PHK yang Meluas!

Ia juga memberikan apresiasi terhadap beberapa langkah yang diambil oleh Presiden RI Prabowo Subianto, yang telah menerapkan kebijakan deregulasi ekonomi yang diyakini dapat membantu perekonomian domestik.

"Langkah-langkah awalnya meliputi pengaturan kuota, pelaksanaan TKDN, dan berbagai inisiatif lainnya yang saya rasa akan sangat bermanfaat," ujarnya.
 

Chatib juga menekankan pentingnya menjaga daya beli masyarakat di tengah proses pemulihan ekonomi. Ketika masyarakat mengeluarkan belanja, permintaan akan meningkat, dan dunia usaha pun akan bergerak untuk memproduksi dan menyerap tenaga kerja.

"Di dalam pemulihan ekonomi, belanja menjadi kunci. Ketika masyarakat berbelanja, permintaan akan muncul. Dan saat permintaan meningkat, dunia usaha akan merespons dengan produksi dan penyerapan tenaga kerja.
 
Oleh karena itu, kebijakan fiskal sangat penting dalam mendorong pengeluaran," tegasnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: