Ritual Pernikahan Tak Masuk Akal! Apakah Perempuan Seharusnya Mengalami Ini?

Selain itu, dalam beberapa kasus, mahar berupa sapi yang diberikan kepada keluarga perempuan dianggap sebagai "penebusan" yang menempatkan perempuan seolah-olah menjadi objek transaksi.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Bahasa Besemah: Salah Satu Bahasa Tertua di Indonesia!

3. Suku Huli, Papua Nugini – Ritual "Pembersihan" dengan Pengasingan

Perempuan dari suku Huli di Papua Nugini menjalani ritual perkawinan yang terbilang keras. Sebelum menikah, calon pengantin perempuan sering kali diasingkan dari komunitas untuk menjalani serangkaian "pembersihan spiritual."

Selama masa ini, mereka tidak diizinkan berinteraksi dengan anggota keluarga, dan hanya diberi makanan serta minuman secukupnya.

Tradisi ini bertujuan untuk "mempersiapkan" perempuan secara fisik dan mental, tetapi banyak yang menganggapnya sebagai bentuk pelecehan terhadap perempuan.

BACA JUGA:Bukan Cuma Makanan, Tapi Sejarah Bakwan yang Menarik! Tahu Tidak?

4. Suku Trobriand, Melanesia – Perempuan sebagai Bukti Kekuatan Pria

Di suku Trobriand, hubungan seksual sebelum menikah dianggap sebagai norma.

Namun, pernikahan baru dianggap sah jika seorang pria berhasil "menculik" calon pengantin perempuan di malam hari dan membawanya ke rumah keluarga pria.

Tradisi ini sering kali melibatkan intimidasi, bahkan paksaan terhadap perempuan.

Praktik ini mencerminkan dominasi pria dalam struktur sosial suku tersebut, dengan perempuan sering kali kehilangan hak untuk memilih pasangan hidup mereka.

BACA JUGA:Apa yang Membuat Kurma Begitu Khas dan Penuh Sejarah? Simak Penjelasannya!

5. Suku Dani, Indonesia – Pemotongan Jari sebagai Tanda Cinta

Di Pegunungan Papua, Suku Dani memiliki tradisi pemotongan jari sebagai simbol duka atas kehilangan anggota keluarga, termasuk ketika seorang suami meninggal.

Sumber: