Mengapa Tradisi Menyakitkan Ini Masih Dijalani Wanita di Suku Pedalaman? Simak Penjelasannya!

Mengapa Tradisi Menyakitkan Ini Masih Dijalani Wanita di Suku Pedalaman? Simak Penjelasannya!

Mengapa Tradisi Menyakitkan Ini Masih Dijalani Wanita di Suku Pedalaman? Simak Penjelasannya!--

PAGARALAMPOS.COM - Kehidupan suku pedalaman sering kali menyimpan berbagai tradisi unik yang mencerminkan kearifan lokal mereka.

Namun, di balik nilai budaya yang luhur, beberapa tradisi menempatkan wanita pada posisi yang rentan terhadap penderitaan fisik maupun psikologis.

Berikut adalah kisah wanita dari enam suku pedalaman yang harus menjalani tradisi menyakitkan dan berbahaya sebagai bagian dari identitas komunitas mereka.

BACA JUGA:Analisis Arkeologis Penemuan Kota Kuno Maya di Hutan Meksiko: Mengungkap Sejarah yang Tersembunyi

1. Sunat Perempuan (Female Genital Mutilation - FGM) di Suku Maasai, Afrika Timur

Sunat perempuan adalah praktik yang masih dilakukan di beberapa komunitas Maasai.

Tradisi ini dilakukan untuk mengontrol hasrat seksual wanita dan dianggap sebagai syarat menuju kedewasaan.

Prosedur ini dilakukan tanpa anestesi dan dengan alat yang tidak steril, meningkatkan risiko infeksi, komplikasi medis, dan trauma psikologis.

Banyak wanita Maasai yang dipaksa menjalani tradisi ini meskipun sudah ada larangan dari pemerintah.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Bahasa Besemah: Salah Satu Bahasa Tertua di Indonesia!

2. Venukalai di Suku Padaung, Myanmar dan Thailand

Wanita dari Suku Padaung, yang dikenal sebagai "wanita leher panjang," mengenakan cincin logam di leher mereka sejak usia muda.

Cincin ini membuat leher tampak lebih panjang karena mendorong tulang selangka ke bawah.

Tradisi ini dianggap mempercantik wanita, tetapi cincin-cincin tersebut dapat menyebabkan rasa sakit, melemahkan otot leher, dan berisiko tinggi jika dilepaskan secara tiba-tiba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: