Seperti Apa Kisah Menarik Candi Asu di Lereng Merapi? Temukan Faktanya Disini!

Seperti Apa Kisah Menarik Candi Asu di Lereng Merapi? Temukan Faktanya Disini!

Candi Asu di Lereng Merapi-Kolase by Pagaralampos.com-net

PAGARALAMPOS.COM – Indonesia dikenal akan kekayaan alamnya yang mempesona, namun lebih dari itu, negeri ini juga menyimpan warisan sejarah yang berharga, seperti Candi Asu.

Berlokasi di Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, candi ini berdiri di lereng barat Gunung Merapi dan menjadi bagian dari Kompleks Candi Sengi. 

Sebagai peninggalan dari masa Kerajaan Mataram Kuno, Candi Asu mengundang minat para pencinta sejarah dan arsitektur kuno yang tertarik untuk menyelami lebih jauh kisah di baliknya.

Nama "Candi Asu" memang terdengar unik. Penduduk setempat menamainya demikian karena arca lembu Nandi di kompleks candi ini memiliki bentuk yang dianggap menyerupai anjing, sehingga muncul nama “Asu” yang berarti anjing dalam bahasa Jawa. 

BACA JUGA:Mengungkap Keajaiban Candi Ratu Boko: Peninggalan Sejarah yang Memikat

Selain itu, ada juga yang meyakini bahwa nama candi ini berasal dari kata Jawa "aso" atau "ngaso," yang berarti istirahat. 

Hal ini mungkin terkait dengan kebiasaan masyarakat sekitar yang menggunakan area candi sebagai tempat rehat di tengah ladang, memanfaatkan lokasi candi yang tenang untuk beristirahat setelah seharian bekerja.

Candi Asu dibangun pada abad ke-9, di bawah kepemimpinan Raja Dyah Lokapala atau Rakai Kayuwangi dari Kerajaan Mataram Kuno. 

Informasi ini didapat dari sejumlah prasasti, seperti Prasasti Sri Manggala II, Kurambitan I, dan Kurambitan II, yang ditemukan di sekitar area candi. 

BACA JUGA:Apa yang Membuat Candi Ngawen Menjadi Bukti Keberagaman Agama dalam Arsitektur Kuno? Berikut Faktanya!

Prasasti-prasasti ini juga mengungkap adanya Dharmma di Salingsingan, yang disebutkan dalam Prasasti Salingsingan bertahun 802 Saka atau sekitar 880 Masehi. 

Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, Candi Asu mengalami kerusakan yang cukup parah akibat faktor alam dan usia, hingga kini hanya bagian kaki dan sebagian badan candi yang tersisa.

Kaki candi yang masih berdiri memiliki tinggi sekitar 2,5 meter, sementara badan candi tingginya mencapai 3,55 meter.

Bagian atas badan candi dan atapnya telah runtuh, menyisakan kenangan sejarah dalam wujud yang tidak lagi utuh. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: