Mengenal Kesultanan Berau: Pusat Perdagangan dan Penyebaran Islam di Kalimantan Timur
Mengungkap Sejarah Nama Kesultanan Bulungan: Dari Masa Kejayaan hingga Pembubaran--
Belanda menggunakan taktik politik pecah-belah dan perjanjian untuk memperluas pengaruhnya di Nusantara, termasuk di Berau.
Pada tahun 1853, Sultan Muhammad Zainuddin dari Berau menandatangani perjanjian dengan Belanda, yang menyebabkan kesultanan kehilangan sebagian besar kekuasaannya.
Meskipun kesultanan ini tetap eksis secara nominal, kekuatan nyata pemerintahan Berau berada di tangan Belanda.
Pada akhir abad ke-19, Kesultanan Berau semakin melemah akibat persaingan internal dan pengaruh kuat Belanda.
BACA JUGA:Kesultanan Asahan: Jejak Sejarah dan Peranannya dalam Perdagangan dan Politik Melayu
Kesultanan akhirnya runtuh sepenuhnya pada abad ke-20, dan wilayahnya secara resmi menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Warisan dan Pengaruh Kesultanan Berau
Meskipun Kesultanan Berau telah berakhir, warisannya masih dapat ditemukan dalam budaya dan tradisi masyarakat Berau saat ini.
Upacara adat, bahasa, dan seni khas Berau merupakan jejak yang masih bertahan dari kejayaan kesultanan ini.
Salah satu bukti peninggalan sejarah yang masih ada adalah Keraton Sambaliung, istana kerajaan yang menjadi saksi bisu dari peran penting Berau dalam sejarah Kalimantan Timur.
BACA JUGA:Sejarah Kesultanan Aceh: Kejayaan, Perdagangan, dan Perlawanan terhadap Kolonialisme
Selain itu, nilai-nilai Islam yang dibawa oleh para sultan Berau masih mengakar kuat di masyarakat.
Kesultanan Berau juga dikenang sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah Kalimantan Timur, yang pengaruhnya meluas hingga ke daerah-daerah tetangga.
Kesultanan Berau adalah salah satu kerajaan penting di Kalimantan Timur yang memiliki sejarah panjang dan peran strategis dalam perdagangan dan penyebaran Islam.
Meskipun telah runtuh, jejak sejarah dan budayanya tetap hidup dalam kehidupan masyarakat Berau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: