Lebanon Membara: 'Cek Ombak' Netanyahu
Lebanon Membara: 'Cek Ombak' Netanyahu-Kolase by Pagaralampos.com-net
Tak kalah penting, Yahudi memiliki 50 persen dari 200 intekektual AS, 40 persen pengacara di firma hukum Washington dan New York. Tentu yang juga menonjol untuk mempengaruhi "anak muda" (pendidikan), sekitar 20 persen profesor pada Universitas paling ternama AS, adalah Yahudi.
Serangan sporadis, hampir 1.600 target Hezbollah (dukungan Iran) di Lebanon Selatan, adalah "cek ombak". Israel pernah tak menyukai Presiden Barack Obama (2015), ketika membuat kesepakatan nuklir dengan Iran di tahun itu.
Kesepakatan yang ditandatangani sejumlah kekuatan dunia, termasuk AS. Memberikan keringanan sanksi (ekonomi dll) kepada Iran. Kekalahan partainya Barack Obama (Demokrat), dalam Pemilu AS 2016, bisa saja karena kelompok kaya Yahudi (berpengaruh), tidak suka.
BACA JUGA:Jejak Arkeologi di Indonesia Timur: Menelusuri Sejarah Konflik dan Perang Masa Lalu
Pemilu yang kemudian dimenangkan oleh Donald Trump (Partai Republik), membuat Trump mencabut kesepakatan nuklir dengan Iran tahun 2018. Walaupun Iran telah setuju membongkar sebagian besar program nuklirnya. Juga mempersilahkan inspeksi Internasional (IAEA), AS (Trump) bergeming. Imbalan keringanan sanksi bernilai miliaran dolar, pun batal.
Namun versi lain menyebut. Dengan menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran (2015) tahun 2018, Trump sangat membahayakan Israel. Dengan begitu, sulit bagi AS mengetahui kemampuan nuklir Iran saat ini. Banyak yang menduga, Iran makin dekat pada pembuatan senjata nuklir.
Pengaruh Yahudi AS terhadap kebijakan Luar Negeri AS, sangat kental terasa. Terlebih untuk kepentingan Israel. Sehingga 340 jutaan Rakyat AS, yang sebagian memprotes penderitaan warga sipil Gaza, tidak memperoleh penanganan setimpal.
Dimensi ke-2, setelah masalah Pemilu AS, dengan eskalasi massif terhadap Lebanon. Benyamin Netanyahu ingin meng-akselerasi serangan Iran 'directly' terhadap Israel. Hal ini, untuk memberi kepastian kepada rakyat Israel, atas ancaman pembalasan Iran pasca-Ismail Haniyeh (Kepala Biro Politik Hamas) terbunuh.
BACA JUGA:Kisah Pertempuran Palembang: Konflik Besar Antara Sekutu dan Jepang di Masa Perang Dunia II
Ancaman berlarut-larut yang tak kunjung tiba. Memberi kecemasan tak berujung kepada rakyat Israel. Serangan lewat 'proxy' Iran di Utara Israel (Selatan Lebanon), tak memberi alasan kepada Israel untuk menyerang Teheran. Sekaligus membawa AS ikut masuk dalam kancah.
Iran sendiri faham keinginan Israel. Israel ingin 'head to head' memukul Iran, dengan melibatkan seluruh sekutunya di Eropa dan AS. Israel ingin memastikan kekalahan Iran lewat perang besar-besaran. Demi menciptakan keseimbangan baru geopolitik Timur Tengah.
Operasi "Nothern Arrow" (Panah Utara) yang saat ini tengah dilakukan Israel terhadap Lebanon. Adalah upaya memancing Iran, untuk masuk.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian, seperti dikutip "The Times of Israel" mengingatkan. Israel ingin menyeret Iran ke pusaran konflik langsung. Dalam statemen jelang pertemuan Majelis Umum PBB (General Assembly) di New York, Pezeshkian menegaskan, Iran tak ingin jadi penyebab. Tak ingin memulai.
BACA JUGA:Sejarah Tugu Jogja: Simbol Filosofi, Perjuangan, dan Identitas Yogyakarta
Di setiap bilah rumput, akan terlihat oleh mata manusia. Hasrat dan perbuatan sama halnya dengan dimensi. Dimensi yang dimaui Israel pada konflik Timur Tengah yang dimulai oleh Hamas (7 Oktober 2023), gampang dibaca.
Kehancuran Gaza, terbunuhnya lebih dari 41.000 jiwa lebih rakyat Palestina, dan (1.200 rakyat Israel), adalah proses "causa prima" (sebab-akibat). Ini adalah pembiaran untuk dicari pembenaran. Oleh siapa pun yang tidak mencintai harkat manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: