Drakor Dear My Friends, Kisah Para Manula yang Berjuang di Hari Tua

Drakor Dear My Friends, Kisah Para Manula yang Berjuang di Hari Tua

Drakor Dear My Friends, Kisah Para Manula yang Berjuang di Hari Tua-net-net

Rasa manis dari Kretek Gadis didapat dari air liur Jeng Yah yang menjadi perekat kertas linting dari produk campuran tembakau dan cengkeh tersebut.

Dalam sebuah karya tulis terbitan UNS, diceritakan bahwa Pak Raja yang saat sedang sekarat menyebut satu nama perempuan yang ternyata bukanlah istrinya.

Perempuan yang disebut saat ia menanti ajalnya itu bernama Jeng Yah. Mendengar hal tersebut, ketiga anaknya yang merupakan pewaris Kretek Djagad Raja merasa gundah.

Tidak terkecuali istri sah Pak Raja, ia begitu cemburu mengetahui kata-kata yang terlontar dari mulut suaminya yang sedang sekarat adalah nama seorang perempuan yang bukan istrinya.

BACA JUGA:Drama Korea Secret Playlist, Hubungan Rahasia Antara Idol dan YouTuber

Ketiga anaknya, Lebas, Karim, serta Tegar kemudian segera mengunjungi pelosok Jawa dan mencari sosok Jeng Yah yang namanya disebut Pak Raja saat sedang sekarat.

Mereka bertiga berlomba dengan waktu karena harus menemukan Jeng Yah sebelum ajal menjemput ayah mereka. Dalam perjalanan itu, Lebas, Karim, dan Tegar juga melakukan napak tilas bisnis ayahnya itu.

Mereka pun menguak beberapa rahasia dan menjadi tahu asal mula kenapa Kretek Djagad Raja menjadi kretek nomor satu di Indonesia setelah menemui buruh pelinting tua.

Ternyata Jeng Yah merupakan pemilik dari Kretek Gadis yang menjadi kretek lokal nomor satu di kota M. Ketiga anak Pak Raja juga menjadi tahu hubungan asmara antara Jeng Yah dan ayah mereka.

BACA JUGA:Sinopsis Film Havana, Pengacara Temukan Kebenaran yang Tak Diungkap

Gadis Kretek tidak hanya membahas mengenai kisah cinta dan perjalanan para tokoh dalam menguak tabir misteri yang menyelimuti mereka selama ini, melainkan juga menceritakan mengenai perkembangan kretek di Indonesia dari masa kolonial Belanda, Jepang, kemerdekaan Republik Indonesia, hingga zaman PKI. 

Dalam novel tersebut juga diceritakan soal kepopuleran rokok klembak yang kalah saing dengan kretek.

Juga diceritakan mengenai latar belakang kenapa pabrik kretek lokal terus mempertahankan eksistensinya di tengah himpitan kebangkitan dan dominasi perusahaan rokok besar.

Mereka bertahan bukan hanya karena pabrik itu masih memberi keuntungan, melainkan juga karena mempertahankan gengsi leluhur serta menyelamatkan para pekerjanya yang hidup bergantung pada perusahaan kretek ‘jago kandang’ tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: