Bagaimana Tradisi Adat Lamaran Kayuagung Dipertahankan Hingga Kini? Simak Penjelasannya!
Tradisi Adat Lamaran Kayuagung Dipertahankan Hingga Kini-Kolase by Pagaralampos.com-net
PAGARALAMPOS.COM - Suku Kayuagung di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, memiliki tradisi lamaran dan pernikahan yang telah berlangsung sejak abad ke-15.
Tradisi ini diperkenalkan oleh rombongan Puyang Mukedum Murar Alam yang datang dari Lampung dan menetap di daerah Kuto Pandang Lempuing.
Meskipun zaman terus berkembang, adat lamaran Kayuagung tetap dilestarikan hingga kini, menjadi bagian penting dari warisan budaya masyarakat.
Proses lamaran dalam adat suku Kayuagung dikenal memiliki tahapan yang panjang dan rumit.
Menurut Yuslizal, seorang budayawan Kabupaten OKI dan mantan Sekretaris Pembina Adat Suku Kayuagung, tahapan lamaran hingga pernikahan dapat disesuaikan dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Salah satu tahap awal yang disebut "nyelabar" melibatkan utusan dari pihak laki-laki yang datang ke rumah keluarga perempuan untuk menyelidiki apakah anak gadis tersebut bersedia dinikahi.
Setelah keputusan diambil, proses lamaran berlanjut ke jenjang pernikahan dengan beberapa kategori adat yang berbeda.
1. Setinong-tinong: Pernikahan Tanpa Adat
BACA JUGA:Fakta Menarik tentang Gunung Himalaya: Pusat Budaya dan Sejarah Dunia
Setinong-tinong merupakan adat lamaran yang paling sederhana di dalam masyarakat suku Kayuagung.
Pernikahan ini dilaksanakan tanpa mengikuti adat istiadat yang rumit, dan ijab qobul dilakukan secara sederhana.
Biasanya, pernikahan dalam kategori ini disebabkan oleh faktor-faktor mendesak, seperti kehamilan di luar nikah atau calon suami yang harus segera meninggalkan kampung halaman karena tugas.
Meskipun sederhana, pernikahan setinong-tinong tetap dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab untuk menjaga nama baik kedua belah pihak keluarga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: