Jumputan Palembang, Begini Sejarah dan Nilai Budaya dan Pelestariannya
Foto : Kerajinan kain jumputan palembang--Instagram
BACA JUGA:5 Daya Tarik Wisata Alam Punti Kayu Palembang yang Wajib Kamu Kunjungi Saat Liburan
- Setelah selesai dilukis/di-maal, selanjutnya pinggiran ragam hias dijelujur menggunakan tali rafia dan ditarik erat-erat. Teknik ini disebut tie and dye atau jumputan.
- Setelah dijumput, jumputan dibungkus dengan plastik dan diikat erat dengan rafia. Teknik ini disebut dengan sritch and dye.
- Kain yang telah selesai dikerjakan direndam dalam larutan pewarna, diangkat-angkat, dibalik-balik agar warna dapat menyerap dalam kain dengan merata.
- Bila air rendaman telah bening, kain diangkat. Kembali obat pewarna dimasukkan dalam air dengan dicampur cuka 100% agar warna menjadi muncul.
BACA JUGA:Kampung Kapitan Palembang, Jejak Pertama Keturunan Tionghoa
- Kain yang sudah dicelup kemudian direndam dan dicuci bersih, kemudian dijemur hingga kering.
- Setelah kain kering, baru ikatan serta jelujurnya dapat dibuka. Setelah ikatan dibuka maka tampaklah motif-motif hasil teknik jumputan dan rincek tritik.
- Untuk mendapatkan kualitas kain yang baik, kain yang telah dibuka ikatan dan jelujurnya kembali dicuci dan dijemur hingga kering.
- Selanjutnya disetrika. Tetapi bagi mereka yang ingin motifnya diberi warna lagi, maka dengan menambahkan obat pewarna pada kain pelangi.
- Motif pada kain jumputan seperti kembang janur, bintik lima, bintik sembilan, cucung atau terong, bintik tujuh dan bintik- bintik, dan motif mawar double.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: