Mengapa Adat Lamaran Kayuagung Masih Eksis? Ini Alasannya!

Mengapa Adat Lamaran Kayuagung Masih Eksis? Ini Alasannya!

Adat Lamaran Kayuagung -Kolase by Pagaralampos.com-net

Mabang Handak

BACA JUGA:Tari Gending Sriwijaya: Memahami Sejarah dan Peranannya dalam Upacara Adat di Palembang

Selanjutnya, adanya adat prosesi lamaran menjelang pernikahan kelasnya sangat tinggi lengkap dengan segala aturan adat yang disebut pernikahan Mabang Handak (Burung putih) sebagai simbol kekayaan atau orang ningrat. 

Persedekahan ala Mabang Handak ini seakan-akan persedekahan yang hanya mampu dilaksanakan oleh kaum bangsawan atau orang-orang ningrat saja.

Disebutkan Yuslizal, prosesi Mabang Handak adalah pernikahan terlengkap dipandang dari sisi pelaksanaan adat istiadatnya, karena semua norma adat pernikahan dipakai secara utuh.

Yang terunik, misalnya ada prosesi pasangan pengantin ditimbang disaat “Manjow Kahwein”, adanya tari cang cang oleh pihak besan berbesan, adanya kereta hias yang sebut Juli, ada kecuwaan debingi ditandai arakan yang diiringi tanjidur serta ada rombongan pembawa obor dan lain-lain.

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Pernikahan Korea: Keunikan dan Keindahan Adat Perkawinan Tradisional

“Sebelum dilaksanakan persedekahan, pada hari jadinya ijab qobul dilaksanakan arak-arakan muda mudi mengarak pasangan pengantin berjalan mengitari jalan pinggiran Sungai Komering yang disebut Midang Bergorok,” kata Budayawan OKI ini.

sembari menjelaskan jika panjang lebar pada bagian lain sebelum persedekahan, dilaksanakan prosesi yang namanya ngantat sow-sow (mengantar kue bolu dan sejenis kue lainnya), betorang (lamaran terakhir kepada pihak mempelai wanita), manjow masak matah (berkumpul kedua belah pihak sebagai arti tanda jadi berlangsungnya pernikahan kedua mempelai), serta prosesi lain yang tidak dimiliki oleh pola pernikahan pinang dibelah dua.

Untuk proses lamaran hingga jenjang perkawinan, adat Mabang Handak bisa menghabiskan waktu selama tujuh hari tujuh malam, dua belah pihak mengadakan perhelatan dengan berbagai kegiatan, baik itu untuk muda mudi maupun kaum orang tua. 

Semua itu, sebagai tanda persedekahan secara besar-besaran, dimana minimal pihak laki-laki memotong sapi atau kerbau dewasa minimal 2 ekor. Pihak laki-laki memberi pakaian khusus tanda hubungan kepemilikan serta hubungan kerabat kampung dan jiron tetangga, baik untuk kaum bapak maupun ibu-ibu.

BACA JUGA:Beginilah Aturan Adat Pernikahan ala Korea dari Mahar Angsa hingga Minum Anggur

Tak hanya itu, seluruh adik beradik dari pengantin perempuan diberi pakaian seragam khusus, baik orang tua kandung, besan berbesan, kakek nenek sampai lapisan hubungan buyut.

“Untuk pemberian baju ini dinamakan ngepesalini, yakni memberi baju pengantin atau baju belapis,” kata Yuslizal.

Diharapkan Yus Lizal, minimal genarasi penerus dapat mengetahui serta mensikapi dengan kebanggaan tersendiri bahwa begitu agungnya ragam budaya serta nilai tradisi yang pernah ada di Kota Kayuagung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: