Ketegangan AS-Jepang untuk Hindia Belanda, Jelang Perang Dunia II
Kesepakatan ini dinilai bahwa Belanda berserah diri pada kekuatan AS jika perang pecah di Hindia. Belanda juga meminta agar otoritas Belanda dapat kembali berkuasa di Indonesia jika perang telah usai.
BACA JUGA:Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro Mengusir Hindia Belanda, Cek
Sementara itu di Eropa, Belanda telah porak poranda pada 1940. Pemerintah dan keluarga kerajaan berpindah ke Kerajaan Inggris. Billy David Hancock dalam tesisnya bertajuk The United States and Indonesian Indpendence:
The Role of American Public Opinion mengungkapkan bahwa lembaga politik, ekonomi, dan keuangan Belanda pindah ke Jakarta, ibukota Hindia Belanda.
Pemerintahannya mengungsi ke Kerajaan Inggris. Sedangkan lembaga politik, ekonomi, dan keuangannya berpindah ke Jakarta, ibukota Hindia Belanda.
Pada 24 Juli 1941, Duta Besar Jepang untuk AS bertemu dengan Presiden F.D Roosevelt, Hull, dan Laksamana Harold Stark di Gedung Putih. Roosevelt mengecam invasi terhadap Asia Tenggara dan tidak akan lagi mengabaikan baik ancaman maupun tindakan Kekaisaran Jepang di Pasifik.
AS bahkan mengancam balik, jika Kekaisaran Jepang menginvasi Hindia Belanda. Invasi yang akan dilakukan tidak hanya menyatakan perang terhadap Belanda dan Inggris, tetapi juga8 dengan AS.
Pertemuan ini sia-sia, karena kedua belah pihak akhirnya saling beradu dalam Perang Dunia II kancah Pasifik.
Kelak dalam berbagai sejarah Indonesia saat Perang Dunia II, kepulauannya menjadi kancah seru. AS dan Sekutu berpindah dari pulau-pulau Pasifik demi menyisir kawasan yang sempat jatuh di tangan Kekaisaran Jepang.
Pada akhirnya, kelak AS akan terlibat dalam politik dalam negeri Belanda dan koloninya di Hindia. Urusan campur tangan ini pada akhirnya memengaruhi keputusan Belanda menghentikan agresi militernya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: