Skandal Suplemen Kesehatan di Jepang, 188 Pasien Terdampak Gangguan Ginjal Akibat Suplemen Berkontaminasi

Skandal Suplemen Kesehatan di Jepang, 188 Pasien Terdampak Gangguan Ginjal Akibat Suplemen Berkontaminasi

Skandal Suplemen Kesehatan di Jepang, 188 Pasien Terdampak Gangguan Ginjal Akibat Suplemen Berkontaminasi--

PAGARALAMPOS.COM - Pasien yang mengalami gangguan dan gagal ginjal setelah mengonsumsi suplemen kesehatan dari Jepang terus bertambah.

Saat ini, sudah ada 188 orang yang dilaporkan terkena dampak negatif pasca konsumsi suplemen tersebut.

Penyebab kemungkinan terjadinya kontaminasi suplemen kesehatan yang mengandung beni koji atau beras ragi merah untuk menurunkan kolesterol jahat itu mulai terkuak.

Para pakar kesehatan di Jepang mulai menduga bahwa suplemen beras ragi merah yang dikaitkan dengan lima kematian di negara tersebut mungkin telah terkontaminasi oleh jamur dari luar pabrik selama proses produksi.

BACA JUGA:Tidak Sama. Ternyata Ini Perbedaan Layar OLED, AMOLED, dan IPS Tiap Layar Ponselmu

"Suplemen beras ragi merah yang dikaitkan dengan lima kematian di Jepang mungkin telah terkontaminasi oleh jamur dari luar pabrik selama produksi," demikian pernyataan para ahli seperti dikutip dari Nikkei Asia pada Jumat (5/4).

Kasus ini mencuat sejak dua setengah bulan lalu ketika banyak orang mulai mengalami keluhan kesehatan yang serupa setelah rutin mengonsumsi suplemen yang diproduksi oleh Kobayashi Pharmaceutical.

Dari 188 pasien yang diduga mengalami masalah ginjal terkait konsumsi suplemen tersebut, mereka terdampak oleh senyawa toksik yang dihasilkan dari jamur biru yang terkontaminasi dalam suplemen.

Pabrik Kobayashi Pharmaceutical yang terletak di Osaka menggunakan bahan baku berupa beras untuk memproduksi beni koji, sebuah suplemen yang populer di Jepang.

BACA JUGA:Kelangkaan Elpiji Subsidi 3Kg di Pagar Alam, Kapolres Tangkap Pelaku Pelanggaran HET

Proses produksi melibatkan fermentasi beras menggunakan jenis cetakan yang dikenal sebagai Monascus.

Hasil dari riset yang dilakukan menunjukkan bahwa asam puberulat, senyawa beracun yang ditemukan dalam suplemen yang bermasalah, ada pada 10 dari 33 lot yang diproduksi pada tahun 2023 di pabrik yang sama.

Namun, 54 lot lainnya yang diproduksi dari batch yang berbeda dinyatakan negatif atau bebas dari kontaminasi.

Lot-lot yang bermasalah diproduksi antara April dan Oktober tahun sebelumnya, dengan produksi paling banyak ditemukan pada bulan September.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: