Viral dan Kontroversi! Kawin Tangkap Sumba Nusa Tenggara Timur. Tradisi Pemaksaan Berbalut Tradisi Budaya?
Viral dan Kontroversi! Kawin Tangkap Sumba Nusa Tenggara Timur. Tradisi Pemaksaan Berbalut Tradisi Budaya?--Net
Kontroversi Terkait Tradisi Kawin Tangkap
Meskipun tradisi kawin tangkap dianggap sebagai bagian dari warisan budaya Sumba, praktik ini telah menimbulkan kontroversi.
Komnas Perempuan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) telah menyoroti masalah dalam praktik kawin menangkap yang dianggap merugikan perempuan.
BACA JUGA:Simak Langkah-Langkah Mudah Merawat Rantai Motor Anda Biar Awet, Berikut Penjelasannya!
Komnas Perempuan berpendapat bahwa praktik kawin tangkap merupakan tindak kekerasan seksual dan pemaksaan perkawinan yang diwajibkan pada diskriminasi berbasis gender.
Mereka mengungkapkan langkah-langkah komprehensif untuk menghapus praktik yang mengatasnamakan tradisi tersebut.
Pada tahun 2020, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, bahkan melakukan kunjungan kerja ke Sumba untuk mendengarkan pendapat tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, penyerta, pendamping, dan pemerintah daerah terkait praktik kawin tangkap.
Hasilnya adalah persetujuan terhadap istilah "kawin tangkap" dan upaya mengutamakan perlindungan terhadap perempuan korban serta mengembalikan mereka ke keluarga mereka.
BACA JUGA:Rahasia Panjang Umur Rantai Motor, Ini Tips Perawatan yang Wajib Diketahui!
Tradisi kawin tangkap di Sumba, Nusa Tenggara Timur, merupakan warisan budaya yang dilakukan secara turun-temurun.
Meskipun memiliki akar sejarah di dalamnya, praktik ini telah menimbulkan kontroversi karena dianggap sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Komnas Perempuan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi perempuan dari praktik yang merugikan ini.
Hasilnya, beberapa tokoh adat dan agama di Sumba telah menolak istilah "kawin tangkap" dan mendorong perlindungan terhadap perempuan yang menjadi korban praktik ini.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: