Keindahan dan Kearifan Bregada: Seni Keprajuritan sebagai Warisan Budaya Kesultanan Mataram

Keindahan dan Kearifan Bregada: Seni Keprajuritan sebagai Warisan Budaya Kesultanan Mataram

Keindahan dan Kearifan Bregada: Seni Keprajuritan sebagai Warisan Budaya Kesultanan Mataram-Foto: net-

PAGARALAMPOS.COM - Pasukan bregada merupakan bagian integral dari tradisi keprajuritan di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.

Konsep ini menggabungkan elemen budaya Jawa dalam formasi yang dikenal sebagai "brigade."

Tradisi pasukan ini bermula pada abad ke-16 di bawah pemerintahan Panembahan Senopati dari Kesultanan Mataram. Kesultanan ini, yang meliputi sebagian besar wilayah Pulau Jawa dan sekitarnya, memerlukan sistem pertahanan yang efektif, termasuk berbagai unit prajurit.

Salah satu unit yang terkenal adalah bregada Mantrilebet (sekarang dikenal sebagai Mantrijero), yang dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Hamengkubuwana I. Pasukan ini dikenal atas keberhasilannya dalam melawan Mayor Clereq dari VOC pada tahun 1751 di Jenar.

Setelah Perjanjian Giyanti pada 1755, Kesultanan Mataram terpecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.

Meski demikian, pasukan bregada tetap berfungsi dalam Kesultanan Ngayogyakarta dan terus melawan penjajah seperti Inggris dan VOC.

Walaupun kekuatan militer Kesultanan Ngayogyakarta berkurang setelah perjanjian dengan Raffles pada masa Sultan Hamengkubuwana III, tradisi dan nilai-nilai keprajuritan tetap dipertahankan. Kini, pasukan bregada berperan dalam acara-acara adat seperti Grebeg dan merti dusun.

Saat ini, pasukan bregada di Yogyakarta terdiri dari bregada Keraton Yogyakarta, bregada Pura Pakualaman, dan bregada rakyat yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat.

Mereka sering tampil dalam acara budaya seperti Festival Bregada Rakyat, yang menarik minat wisatawan untuk menyaksikan keindahan dan keunikan tradisi ini.

Pasukan bregada merupakan bagian penting dari warisan budaya Jawa, mencerminkan sejarah dan perjuangan rakyat Jawa dalam melawan penjajah serta simbol kesetiaan terhadap Sultan dan tanah air.

Tradisi ini memberikan inspirasi dan motivasi bagi generasi mendatang untuk terus memajukan bangsa dan negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: