Gereja Khatolik Santo Mikael Tanjung Sakti Sumatera Selatan: Saksi Bisu Pembantaian Keji Oleh Penjajah

Gereja Khatolik Santo Mikael Tanjung Sakti Sumatera Selatan: Saksi Bisu Pembantaian Keji Oleh Penjajah

Gereja Khatolik Santo Mikael Tanjung Sakti Sumatera Selatan: Saksi Bisu Pembantaian Keji Oleh Penjajah--Net

Saat Jepang masuk terjadilah pembantaian disini.

Ada dua gereja tertua di Sumsel, di Desa Pajar Bulan dan Pagar Jati, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi.

BACA JUGA:Suzuki Meluncurkan Gerakan Drastis! Penurunan Harga Suzuki Maruti Alto 800, Ini Penjelasannya!

BACA JUGA:Sinopsis Confession So Ji Sub Ingin Bebas dari Tuduhan, ini Filmnya

Masih berdiri megah dan belum banyak mengalami perubahan sejak didirikan pada tahun 1898 dan 1932.

Romo Titus, seorang pemimpin Gereja Santo Mikael, mengungkapkan bahwa sisa-sisa pembantaian dan korban pembantaian masih bisa dilihat dengan adanya makam-makam masih dapat ditemukan beberapa meter dari bangunan gereja.

Di antara makam tersebut, terdapat makam Pastur Van Camvel, yang merupakan Pastur pertama yang memasuki Sumatera Selatan.

Wilayah penyebaran agama Katolik dimulai dari Padang, Sumatera Barat, melalui wilayah Bengkulu, dan kemudian sampai ke Tanjung Sakti.

BACA JUGA:Mengapa Harga Suzuki Maruti Alto 800 Turun Drastis? Ini Dia Alasannya!

BACA JUGA:Pantas Saja Orang Palembang Banyak Bermata Sipit dan Bekrkulit Putih, Inilah Asal-usulnya!

Saat itu, Tanjung Sakti direncanakan sebagai pusat pemerintahan Belanda karena perkembangan agama Katolik begitu pesat di daerah tersebut.

Saat ini jumlah jemaat mencapai sekitar 400 orang, mereka telah tersebar di Tanjung Sakti Pumi dan Pumu.

Meskipun menyimpan cerita tragedi pembantaian yang keji, Tanjung Sakti juga dikenal karena tingginya toleransi antar umat beragama.

Hal ini telah terjadi sejak zaman penjajahan hingga saat ini.

BACA JUGA:Mengulik Keberagaman Tadisi dan Budaya di Pulau Kalimantan yang Unik dan Menarik, Cus Gas!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: