Pengamat: Keresahan Kampus Bisa Kikis Kepercayaan Publik ke Jokowi
kritik dan keresahan beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta bisa mengikis tingkat kepercayaan publik terhadap Presiden Joko Widodo-Kolase by Pagaralampos.com-net
JAKARTA, PAGARALAMPOS.COM - Direktur Eksekutif Indonesian Political Oponion (IPO), Dedi Kurnia, meyakini kritik dan keresahan beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta bisa mengikis tingkat kepercayaan publik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pernyataan Dedi merujuk dari munculnya Pernyataan sikap beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Protes tersebut dimulai oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 31 Januari lalu.
Pada saat itu, UGM melalui sivitas akademika yang terdiri dari guru besar, dosen, dan mahasiswa, menyampaikan petisi Bulaksumur yaitu menyayangkan penyimpangan demokrasi yang dilakukan presiden.
BACA JUGA:TPN: Ganjar Siap Debat Terakhir soal Isu Sosial hingga SDM
Sedangkan yang terbaru, protes datang dari Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) yang berisi para rektor dari beberapa kampus.
Mereka membuat pernyatan sikap yakni turut prihatin karena munculnya sikap tidak demokratis dan penyalahgunaan kekuasaan di pemerintahan saat ini.
“Suara akademisi, utamanya dari perguruan tinggi negeri, jelas punya imbas kepercayaan publik.
Jokowi bisa saja akan kehilangan kepercayaan publik itu jika gerakan deklarasi perguruan tinggi ini terus bergulir, bukan tidak mungkin akan lahirkan gerakan mahasiswa,” kata Dedi kepada wartawan, Senin (5/2).
BACA JUGA:TPN Ganjar: Mahfud Kuasai Tema Debat Keempat, Fokus Isu Lingkungan Hidup
Gelombang protes diyakini Dedi muncul karena pernyataan Jokowi beberapa waktu lalu bahwa kepala negara atau penjabat negara boleh memihak di Pemilu 2024 asal mengambil cuti dan tidak menggunakan fasilitas negara.
Namun kenyataannya terdapat pembantu presiden tanpa cuti secara terang-terangan memihak salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden di masa kampanye ini.
“Jokowi seharusnya mengevaluasi dengan melarang secara tegas anggota kabinet untuk turun berkampanye, termasuk dirinya,” kata Dedi.
“Jokowi tidak bisa berdalih bahwa hak politiknya sama dengan publik, Presiden adalah pengecualian, karena memiliki pengaruh pada penyelenggara, ia seharusnya mundur dari jabatan Presiden jika ingin Kampanyekan Gibran,” sambung Dedi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: