Kisah Perang Bubat Terbesar Di Sejarah Nusantara, Tapi Kerajaan Ini Bertahan Dari Majapahit?

Kisah Perang Bubat Terbesar Di Sejarah Nusantara, Tapi Kerajaan Ini Bertahan Dari Majapahit?

Kisah Perang Bubat Terbesar Di Sejarah Nusantara, Tapi Kerajaan Ini Bertahan Dari Majapahit?-tangkapan layar-okezone

Melihat hal itu, Dyah Pitaloka Citraresmi memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. 

BACA JUGA:Kerajaan Buleleng: Lokasi Geografis, Para Raja, dan Perkembangan Sejarahnya

Setelah Dyah Pitaloka Citraresmi meninggal, Hayam Wuruk meratapi kematiannya dan menyesalkan tindakan Gajah Mada.

Akibat Perang Bubat, hubungan Hayam Wuruk dan Gajah Mada menjadi renggang. Oleh para pejabat dan bangsawan Majapahit, Gajah Mada dianggap lancang dan gegabah. 

Bahkan Perang Bubat dianggap sebagai peristiwa yang menyebabkan lemahnya Kerajaan Majapahit setelah wafatnya Hayam Wuruk.

Perang Bubat juga mengakibatkan hubungan Majapahit dengan Sunda menjadi rusak. Adik Dyah Pitaloka Citraresmi, yang naik takhta menggantikan ayahnya, bahkan memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit. 

BACA JUGA:Sejarah Hubungan Khalifah Ummayah dengan Istana Sriwijaya, Terjalin Sejak Abad ke-8

Akibat tragedi berdarah tersebut, kerabat Negeri Sunda tidak diperbolehkan menikah dengan pihak Majapahit.

Dalam catatan sejarah, Majapahit hampir menguasi seluruh daerah Nusantara pada masa itu.

Pendiri Majapahit, Raden Wijaya pada tahun 1293, yang merupakan menantu dari Kertanegara, raja terakhir Singasari.

Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari Kerajaan Singasari. Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara, raja Kerajaan Singasari. Pada tahun 1292 M, terjadi pemberontakan di Singasari yang dilakukan oleh Jayakatwang yang menyebabkan runtuhnya Singasari.

BACA JUGA:Misteri Gunung Batur, Kisah Legendaris di Dataran Tinggi Bali yang Bikin Merinding!

Pada waktu itu Raden Wijaya melarikan diri bersama Arya Wiraraja. Raden Wijaya kemudian mendiami sebuah hutan di Trowulan yang merupakan tanah sima pada masa Kerajaan Singasari. Wilayah ini kemudian dinamakan Majapahit.

Penamaan Majapahit didasarkan pada nama buah maja yang banyak ditemukan diwilayah Trowulan serta memiliki rasa yang pahit.

Wilayah Majapahit berkembang hingga mampu menarik simpati penduduk Daha dan Tumapel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: