Benarkah Perjalanan Syekh Yusuf Telah Membuat Tradisi Unik Naik Haji di Gunung Bawakaraeng ? Ini Faktanya!

Benarkah Perjalanan Syekh Yusuf Telah Membuat Tradisi Unik Naik Haji di Gunung Bawakaraeng ? Ini Faktanya!

Benarkah Perjalanan Syekh Yusuf Telah Membuat Tradisi Unik Naik Haji di Gunung Bawakaraeng ? Ini Faktanya!-Foto: net-

PAGARALAMPOS.COM - Saat merenungkan perjalanan spiritual yang telah membentuk sebuah tradisi, terkadang kita menjumpai kisah-kisah yang inspiratif dan penuh misteri.

Salah satu contohnya adalah perjalanan Syekh Yusuf, seorang sufi kondang yang memelopori tradisi unik yang kini dikenal dengan nama “Maik Haji” ke Gunung Bawakaraeng.

Pada artikel kali ini, kita akan menelusuri kisah perjalanan Syekh Yusuf dan bagaimana kisah tersebut menjadi landasan  sebuah tradisi yang kaya budaya dan penuh makna.

Gunung Bawakaraeng di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan selalu menjadi destinasi bagi mereka yang mengikuti ritual mistis menjelang perayaan Idul Adha.

BACA JUGA:Suka Sama Suka! Tradisi ini Melibatkan Anak dan Ibunya Untuk Menikah, Suku Manakah ini?

Ritual ini disebut “Haji Bawakaraeng”, sebuah praktik yang diwariskan secara turun temurun di masyarakat setempat. Meski ritual ini tidak berasal dari ajaran Islam, setiap tahun ribuan orang berkumpul untuk mencapai puncak Gunung Bawakaraeng yang tingginya mencapai 2.883 meter di atas permukaan laut.

Tradisi ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat Sulawesi Selatan dan bukan hal baru.

Para ritualis datang dari berbagai  kabupaten di Sulawesi Selatan, membawa sesaji seperti  ketan, telur, ayam, dan kambing untuk ritual selamatan.

Namun asal muasal ritual ini memiliki banyak cerita berbeda.

BACA JUGA:Gila Dizaman Sekarang, Pernikahan Sedarah Suku Ini Masih Jadi Tradisi, Anak Kawini Ibu atau Saudara Kandung

Salah satunya adalah keyakinan bahwa Gunung Bawakaraeng adalah tempat di mana Syekh Yusuf Tuanta Salamaka, pemuka agama terkemuka dari Gowa-Tallo, pernah berjumpa dengan Walisongo. 

Hal ini berkaitan dengan perintah haji yang disalahpahami sebagai pelaksanaan ibadah haji yang cukup di Bawakaraeng saja.

Pandangan ini juga dianggap sakral karena mencampuradukkan kepercayaan lama, khususnya agama Patuntung. 

Namun, banyak yang percaya bahwa tradisi ini sudah ada sejak zaman lampau, dimulai ketika seseorang mendapat wangsit dari mimpi untuk mendaki puncak Bawakaraeng sebagai ganti haji.Kisah lain menyebutkan bahwa hanya dengan mendaki Gunung Bawakaraeng, seseorang dianggap sudah menunaikan ibadah haji, dan mereka melanjutkan dengan salat Id dan berkurban di puncak gunung tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: