12 Years A Slave (2013), Film Tentang Perbudakan dan Rasialisme ‘Paling Jujur’ (07)
Film Tentang Perbudakan dan Rasialisme ‘Paling Jujur’--google.com
Karena kita ‘dipaksa’ untuk melahap kekejaman dan kekejian itu secara nyata.
BACA JUGA:Hebat! Kabupaten Lahat Bakal Punya Gudang Rokok Sendiri, Bukti Nyata Inovasi Petani Tembakau
Steve McQueen juga begitu mahir dalam menggali emosi para aktornya, menampilkannya dengan baik di layar.
Sehingga kita sebagai penonton mampu merasa terhubung dan simpati terhadap perasaan dan apa yang dialami sang tokohnya.
Lihat saja adegan ketika Solomon tergantung, dan harus berjinjit supaya tali di lehernya tidak membuatnya mati.
Steve McQueen menampilkannya selama beberapa menit, sehingga membuat siapapun yang menontonnya akan merasa tidak nyaman.
Walaupun begitu, memang penuturan Steve McQueen yang terbilang lambat agak membosankan untuk sebagian orang.
Apalagi narasinya tidak memuat sebuah adegan yang benar-benar klimaks dari seluruh ceritanya.
BACA JUGA:Dibalik Keistimewaan Jogja, Ternyata Menyimpan Sejuta Misteri dan Cerita Kelam yang Pilu
Namun sekedar penceritaan perjalanan Solomon sebagai budak yang berpindah dari satu majikan ke majikan lain.
Akan tetapi memang di ranah inilah ‘12 Years a Slave’ bergerak.
Menyajikan sebuah potret buram kehidupan yang menyedihkan dari perspektif seorang Solomon.
BACA JUGA:Tutup Festival Rempah Sumsel 2023, Mawardi Yahya Yakin Rempah-Rempah Sumsel Semakin Dikenal Luas
Ada isu menarik sebenarnya yang bisa ditelaah selepas menonton 12 Years a Slave.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: