Legenda Gunung Muria, Mengungkap Kisah Bangsa Lemuria dan Air Tiga Rasa di Dataran Tinggi Jawa Tengah

Legenda Gunung Muria, Mengungkap Kisah Bangsa Lemuria dan Air Tiga Rasa di Dataran Tinggi Jawa Tengah

Legenda Gunung Muria, Mengungkap Kisah Bangsa Lemuria dan Air Tiga Rasa di Dataran Tinggi Jawa Tengah--Net

BACA JUGA:Merinding di Jejak Mistis Jogja Menelusuri 5 Tempat Angker

Legenda ini juga berkaitan dengan Putri Shima dan Kerajaan Kalingga/Medang Kamulyan. 

Wilayah Kerajaan Medang Kamulyan pada masa itu meliputi Tegal, Pekalongan, Alas Roban, Semarang, Gunung Rahwatu (Muria), hingga ke Pati, Rembang, dan Karimun Jawa. 

Namun, perlu diingat bahwa hingga saat ini, informasi pasti tentang bangsa Lemuria yang dianggap sebagai leluhur orang Jawa dari Gunung Muria masih sangat terbatas.

Sementara itu, Kabupaten Kudus, yang juga berada di Jawa Tengah, menyimpan sejumlah objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. 

BACA JUGA:5 Wisata Favorit di Jawa Timur, Rekomendasi Tempat Ngegrill Dijamin Memuaskan Liburan Anda!

Salah satu tempat yang unik adalah Air Tiga Rasa, sebuah sumber mata air keramat yang terletak di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Sumber mata air ini memiliki karakteristik yang sangat unik.

Air Tiga Rasa pertama kali ditemukan pada tahun 1985, dan penemuannya sendiri adalah suatu kebetulan. 

Saat itu, seorang pemuka agama setempat bernama Maskad Cakra Anbiya sedang melakukan perjalanan bersama para jamaahnya di sekitar kaki Gunung Muria. 

Mereka menemukan tiga sumber mata air dengan rasa yang berbeda-beda.

BACA JUGA:Mengungkap Keajaiban dan Misteri di Jogja, 5 Tempat Angker yang Membuat Merinding!

Ketiga sumber mata air ini memiliki rasa yang berbeda-beda. Ketika dicampur menjadi satu, rasanya menjadi tawar. 

Namun, perbedaan rasa ini dapat bervariasi tergantung pada orang yang mencicipinya. 

Ada yang mengatakan bahwa salah satu mata air memiliki rasa manis, yang lainnya terasa seperti minuman bersoda yang cenderung asam, bahkan ada yang merasakan rasa agak pahit.

Maskad Cakra Anbiya, seorang pemuka agama setempat, menyatakan bahwa pendapat tentang rasa air ini berasal dari para peziarah yang merasakannya, dan dia tidak menentukannya sendiri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: