Serem! Ini Misteri Alam dan Mitos di Lembah Harau, Ternyata Miliki Sejarah Pilu Zaman Dahulu!
Serem! Ini Misteri Alam dan Mitos di Lembah Harau, Ternyata Miliki Sejarah Pilu Zaman Dahulu!--
PAGARALAMPOS.COM - Serem! Ini Misteri Alam dan Mitos di Lembah Harau, Ternyata Miliki Sejarah Pilu Zaman Dahulu!
Lembah Harau adalah sebuah ngarai dekat Kota Payakumbuh di Kabupaten Limapuluh Koto, provinsi Sumatra Barat.
Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian mencapai 150 meter berupa batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.
Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak, dan Bukit Tarantang.
BACA JUGA:Tempat Mengundang Cerita Mistis! Menguak Rahasia Sejarah dan Misteri yang Menyelimuti Gunung Kawi
Berjalan menuju Lembah Harau amat menyenangkan. Dengan udara yang masih segar, anda bisa melihat keindahan alam sekitarnya.
Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi dengan bentuknya yang unik mengelilingi lembah. Tebing-tebing granit yang terjal ini mempunyai ketinggian 80 meter hingga 300 meter.
Sebuah monumen peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta merupakan bukti bahwa Lembah Harau sudah sering dikunjungi orang sejak 1926.
Menyaksikan hamparan sawah yang indah, itu hal yang sudah biasa.
BACA JUGA:Keajaiban Gunung Kawi, Menyingkap 3 Misteri dan Cerita Spiritual yang Tersembunyi
Namun, jika hamparan sawah itu diapit oleh tebing tebing tegak lurus menjulang setinggi sekitar 150 meter hingga 200 meter, orang pasti akan berdecak kagum.
Pemandangan itu bisa dilihat di Lembah Harau, Keindahan masih bertebaran di dataran tingginya. Di sana ada cagar alam dan suaka margasatwa. Lembah Harau seluas 270,5 hektare/2.705 km² .
Tempat ini ditetapkan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993.
Di cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau terdapat berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis dataran tinggi yang dilindungi, plus sejumlah binatang langka asli Sumatra.
BACA JUGA:Memecahkan Teka-Teki Lembah Harau, Mengungkap Sejarah yang Tersembunyi
Monyet ekor panjang (Macaca fascirulatis) merupakan hewan yang acap terlihat di kawasan ini.
Kawasan Objek wisata Lembah Harau ini terdiri dari 3 (tiga) kawasan: Resort Aka Barayu, Resort Sarasah Bunta, dan Resort Rimbo Piobang.
Pada resort Aka Barayun yang memiliki keindahan air terjun yang mempunyai kolam renang, yang memberikan nuansa alam yang asli juga berpotensi untuk pengembangan olahraga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bisa memantulkan suara (echo).
Jika dikaitkan dengan bahasa lokal Harau berarti ‘parau’ atau bersuara serak.
BACA JUGA:Misteri Lembah Harau Yang Mempesona, Miliki Kisah Pilu Mendalam Di Setiap Kisahnya!
Konon katanya pada zaman dahulu penduduk yang tinggal di atas Bukit Jambu( salah satu bukit di harau) sering terkenan bencana banjir dan longsor sehingga menyebapkan kepanikan.
Mereka sering berteriak-teriak histeris sehingga lama-lama suara mereka menjadi parau.
Sedangkan legenda lain yang populer di masyarakat setempat mengenai terbentuknya Harau adalah legenda Puti Sari Banilai.
Di masa lalu, berlayarlah Maulana Kari, Raja Hindustan bersama permaisuri Sari Banun untuk merayakan pertunangan anaknya Sari Banilai dengan Bujang Juaro.
BACA JUGA:Polres Pagar Alam Siagakan Personel PAM, Amankan Pelaksanaan Kejurda Balap Motor di Gunung Gare
Sebelum berlayar, dua anak manusia ini bersumpah jika Sari Banilai mengingkari janji pertunangan, dia disumpah menjadi batu.
Sebaliknya, jika Bujang Juaro yang ingkar janji, maka dia disumpah menjadi ular naga.
Kapal yang membawa Maulana Kari, Sari Banun, dan Sari Banilai terbawa arus dan terjepit di antara dua bukit besar.
Agar tidak hanyut, Maulana Kari menambatkan sebuah batu yang kelak dikenal dengan Batu Tambatan Kapal. Kapal layar ini selamat.
BACA JUGA:Dihujani Penemuan Menggemparkan! Lantas Bangsa Mana Yang Dahulu Kala Ada Di Gunung Padang?
Rajo Darah Putiah yang berkuasa di kawasan Lembah Harau waktu itu mengizinkan keluarga Maulana Kari menetap.
Sedangkan di negri lainnya Raja Hindustan ini sudah pasrah tidak mungkin kembali. Karena tidak mengetahui sumpah putrinya, dia berinisiatif menikahkan Sari Banilai dengan Rambun Pade, pemuda Harau.
Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang anak yang sangat disayang oleh Maulana Kari dan Sari Banun.
Suatu hari, mainan si anak jatuh ke dalam laut dan dia memanggil ibunya untuk mengambil mainan. Sari Banilai melompat ke laut untuk mengambil dan dia terhanyut karena ombak sedang besar.
BACA JUGA:Dihujani Penemuan Menggemparkan! Lantas Bangsa Mana Yang Dahulu Kala Ada Di Gunung Padang?
Sari Banilai terseret hingga terjepit di antara dua batu besar lalu berdoa agar air segera surut. Sari Banilai yang teringat sumpahnya khawatir dia bakal dikutuk menjadi batu.
Sambil berdoa kepada Tuhan, dia minta dibawakan perlengkapan rumah tangga dan diletakkan di samping batu yang menjepitnya. Lambat laun kaki Sari Banilai membeku dan menjadi batu.
Begitupun bagian tubuh yang lain. Batu yang berbentuk seorang ibu sedang menggendong anak di salah satu bagian di Lembah Harau itu diyakini sebagai Sari Banilai yang termakan sumpahnya.
Cerita yang masih hidup di tengah masyarakat Lembah Harau itu dikenal sebagai Randai Sari Banilai dan kemudian menjadi salah satu kesenian tradisional masyarakat Lembah Harau.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: