Percaya Atau Tidak, Peneliti Kembangkan Nemo Garden Pertanian Masa Depan
Foto : google.com Bawah Laut : Peneliti kembangkan pertanian bawah laut untuk masa depan.--Google.com
Sayangnya, proyek ini sempat mengalami kerusakan parah akibat badai pada Oktober 2019, ditambah dengan munculnya pandemi Covid-19 yang membuat adanya batasan.
Dan mereka harus meninggalkan kebun selama berbulan-bulan. Hingga di tahun 2021, Nemo Garden kembali panen yaitu sayur selada dan buah stroberi.
Sahabat tani mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa bertani di bawah laut?
Ternyata, para peneliti memanfaatkan konsep dari biosphere, dimana mereka menciptakan sebuah lingkup ekosistem yang terlindungi oleh sebuah panel atau pagar.
Mereka memanfatkan kedalaman laut untuk menumbuhkan tanaman. Kemudian, mereka membuat bangunan yang menyerupai bentuk bohlam
Dan nantinya, di dalam bangunan tersebut bisa ditumbuhi berbagai macam tumbuhan.
Untuk merawat tanaman di dalam bangunan dengan berbentuk bohlam ini pun disiasati dengan cara membuat panel luar dari bahan yang tembus cahaya.
Nantinya, ketika siang hari udara di dalam biosfer akan menguap. Hasil uapan ini akan terhalang dinding sehingga air uapan tersebut akan menempel dan kemudian jatuh.
BACA JUGA:Hadapi Potensi Krisis Pangan Global, Kementen : Teknologi Mekanisasi Pertanian Sangat Penting
Jumlah uap air yang menguap dan jatuh lagi lebih dari cukup untuk membuat tumbuhan tetap terpenuhi kebutuhannya, layaknya disirami oleh manusia.
Lalu, apa alasannya memilih laut sebagai penerus lahan pertanian?
Selain 70 persen didunia ini didominasi oleh lautan, para peneliti mengatakan tumbuhan akan sulit untuk berkembang di daerah yang terlalu panas atau dingin.
Di kemudian hari, hanya beberapa tempat saja yang memungkinkan untuk menjadi lahan pertanian yang optimal. Sedangkan laut rata-rata memiliki suhu yang stabil.
Siang dan malam pun bergantian dengan durasi yang normal dan dengan pertanian bawah laut terbebas dari gangguan seperti hama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: