Kok Bisa? Ngobeng Tradisi Khas Palembang yang Semakin Tergerus Zaman

Kok Bisa? Ngobeng Tradisi Khas Palembang yang Semakin Tergerus Zaman

Ngobeng Tradisi Khas Palembang yang Semakin Tergerus Zaman --

BACA JUGA:6 Cara Mendapat Beasiswa Kuliah Gratis

Kepala Bidang Sejarah Dinas Kebudayaan Palembang Ismail mengatakan, ngobeng mulai lenyap sejak munculnya istilah prasmanan atau prancisan beberapa belas tahun lalu.

Saat ini, tradisi ngobeng bisa ditemukan di kawasan Tangga Buntung dan Kelurahan 13-14 Ulu Palembang, itu pun terbilang jarang. 

"Ngobeng atau ngidang sudah hampir punah. Kalau dulu setiap hajatan pakai cara itu, sekarang masyarakat lebih memilih prasmanan atau prancisan," untuk Ismail.

Secara teknis, ngobeng dilakukan dengan mengoper hidangan ke tempat makan yang dilapisi taplak meja. Mengoper tersebut bertujuan agar makanan segera tiba dan meringankan orang uang membawanya.

BACA JUGA:3 Universitas Negeri di Palembang Terbaik 2023

Biasanya ada orang yang ditunjuk bertugas membawa baskom atau ceret berisi air untuk tamu mencuci tangan. 

Sebab, tamu makan tanpa menggunakan sendok.

"Setelah itu, tamu dan semua orang yang hadir bisa makan bersama. Satu hidangan diisi delapan orang duduk bersila atau lesehan, mereka nikmati macam-macam lauk pauk," kata dia.

Ngobeng sendiri memiliki banyak nilai filosofis atau tujuan. Diantaranya terjalin komunikasi antar tamu di tempat makan, mereka bisa bercengkerama di satu hidangan, gotong royong, menghormati yang lebih tua karena didahulukan, dan membiasakan diri hidup sederhana karena duduk lesehan.

BACA JUGA:Berpotensi Longsor Susulan, UPTD Bina Marga Masih Bersihkan Material Longsor

"Banyak cerita dibalik ngobeng, makan puas, sesama tamu akrab, komunikasi terjalin," kata dia.

Didaftarkan ke WBTB dan UNESCO Dinas Kebudayaan Palembang mencoba melestarikan tradisi ngobeng di masa kekinian. 

Caranya adalah mengenalkan ngobeng ke kaum milenial dalam sebuah gelaran 'Rentak Melayu Tradisi Ngobeng dan Ngidang' di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Selasa (26/11).

Even ini bersamaan juga mengenang wafatnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada 26 November 1852 saat pengasingan di Ternate.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: