Tahun Ini Kemendikbudristek Revitalisasi 59 Bahasa Daerah di Indonesia

Tahun Ini Kemendikbudristek Revitalisasi 59 Bahasa Daerah di Indonesia

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Endang Aminudin Aziz jelaskan mengenai revitalisasi bahasa.--

JAKARTA, PAGARALAMPOS.COM – Program revitalisasi bahas dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek.

Hal iti dilakukan lantaran adanya bahasa daerah mengalami kemunduran. 

Rencananya, pada 2023 ini ada sebanyak  59 bahasa daerah di 22 provinsi yang akan mengikuti program itu.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Endang Aminudin Aziz melalui rilisnya mengatakan,  program ini  menyasar generasi muda.

BACA JUGA:Kemenag Dukung Percepatan Pelayanan Digital PTKN

“Kususnya siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, serta melibatkan pihak sekolah, pegiat bahasa daerah, dan pemerintah daerah. Revitalisasi dilakukan agar bahasa daerah tidak punah”. 

Endang menjelaskan,   program revitalisasi ini sebenanrya sudah berjalan sejak  2021 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek. 

Pada 2021, program tersebut baru mencakup tiga provinsi dan lima bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa, Sunda, Makassar, Toraja, dan Bugis.

”Kelimanya tampak seperti bahasa besar. Namun, tidak ada jaminan bahasa itu tidak akan mengalami kemunduran. Sebab, semua bahasa ibu di dunia mengalami kemunduran,”  beber Endang.

BACA JUGA:Tingkatkan Kemampuan, Personel Samapta Polres Pagar Alam Latihan Beladiri Jujitsu

Sebelumnya, lewat program ini pada 2022 lalu ada sebanyak 30 bahasa daerah dari 13 provinsi yang sudah direvitalisasi. 

Contohnya  bahasa Kenyah (Kalimantan Timur), Maanyan (Kalimantan Tengah), Yamdena (Maluku), Tobelo (Maluku Utara), Kamoro (Papua), Mbojo (Nusa Tenggara Barat), dan Melayu dialek Panai (Sumatera Utara).

Sedangkan pada program revitalisasi dilakukan terhadap 59 bahasa daerah di 22 provinsi. 

Beberapa di antaranya adalah bahasa Gayo (Aceh), Bulungan (Kalimantan Utara), Bakumpai (Kalimantan Selatan), Ogan (Sumatera Selatan), Enggano (Bengkulu), Lampung (Lampung), Jawa dialek Jawa Timur (Jawa Timur), Pamona (Sulawesi Tengah), serta Moi dan Sough (Papua Barat).BACA JUGA:Wapres Dorong Kampus Untuk Terlibat dalam Penurunan Stunting dan Penguatan Moderasi Beragama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: