Stafsus Menag RI Minta Humas PTKIN Gerakkan Potensi Humas dan Bentuk Cyber Army

Stafsus Menag RI Minta Humas PTKIN Gerakkan Potensi Humas dan Bentuk Cyber Army

Staf Khusus Menag Wibowo Prasetyo beri kuliah umum di UIN Samarinda-kemenag.go.id -kemenag.go.id

BACA JUGA:Waspada, Jangan Panik Terhadap Isu Penculikan Anak

"Menurut survei Alvara Institute, jumlah generasi Z dan milenial mencapai 53% dari jumlah populasi warga. Bikin strategi komunikasi yang mendekatkan pada karakteristik kalangan tersebut. Pakai cara-cara yang tidak konvensional, out of the box. Calon mahasiswa dari Gen Z ini unik, punya karakter tersendiri. Bagaimana menarik minat calon mahasiswa dari Gen Z, perlu pendekatan yang unik juga," tandasnya.

PTKIN, lanjut Wibowo, juga sudah saatnya memiliki pasukan siber atau (cyber army). Pasukan siber ini nanti bertugas patroli di dunia maya, memonitoring jika ada sesuatu yang menyangkut institusi kampus, terutama jika terkait dengan citra.

“Memang, membentuk cyber army di kampus PTKI tidak mudah. Tapi sudah saatnya punya. Cyber army harus siap perang melawan segala hoaks, fitnah, ujaran kebencian, dan informasi yang salah terhadap Kementerian Agama dan juga PTKIN sendiri. Harus diluruskan segala gorengan terhadap instutusi kita ini. SDM di PTKIN sangat banyak dan ini harus digerakkan. Kapasitas keilmuannya tak perlu diragukan, tinggal membiasakan diri saja dengan dunia digital, dunia medsos," tandas Wibowo. 

Selain memanfaatkan ruang digital, Wibowo juga mendorong UINSI dan PTKIN lainnya untuk melakukan sinergitas dengan media massa. "Satu lagi, kerja sama dengan media massa. Bisa online, cetak, dan elektronik.

BACA JUGA:Menkes Berikan Penghargaan Kepada Pokja RCCE Atas Kerja Sama Dalam Penanganan Covid-19

Ini penting. Jalin kerja sama dengan media mainstream yang kredibel. Kita besar salah satunya karena peran media. Media ini saluran komunikasi yang otoritatif, dipercaya publik," ujarnya.

Di ujung paparannya, Wibowo mengajak semua pihak, khususnya humas UINSI untuk meningkatkan kinerja dan kerja-kerja kolaboratif. "Bisa dipstikan mustahil melakukan kerja sendiri.

Harus kerja sama, berkolaborasi dengan pihak lain. Selain menjadi ringan, program juga jauh lebih masif cakupannya," tutup Wibowo. *

 kemenag.go.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kemenag.go.id