4 Masalah Gizi ini Berisiko Anak jadi Stunting, Orang Tua Wajib Waspada
Cegah Stunting -tangkapan layar -Net
BACA JUGA:Tips Ampuh Kurangi Batuk Pada Penderita TBC
Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain.
16 kabupaten/kota percontohan itu berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan. Sisanya mulai tahun 2023 diperluas ke 389 kabupaten/kota.
Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.
Hal tersebut bertujuan untuk mengejar penurunan angka stunting hingga 14% di tahun 2024. Sejumlah faktor yang mempengaruhi adanya penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi.
BACA JUGA:Menparekraf Sandiaga Uno Dorong Pelaku Ekraf Maksimalkan Platform digital
Ada peningkatan proporsi pada tahun 2022 yaitu inisiasi menyusui dini menjadi 60,1% dari yang sebelumnya 47,2% tahun 2021.
Anak yang diberi ASI jadi 96,4% tahun 2022 dari yang sebelumnya 73,5% tahun 2021.
Namun anak yang menyelesaikan ASI eklusif sampai 6 bulan turun hingga xx%.
Pemberian sumber protein hewani menjadi 69,9% tahun 2022 dari yang sebelumnya 35,5% tahun 2021, dan konseling gizi 32% tahun 2022 dari sebelumnya 21,5% tahun 2021.
BACA JUGA:Wamenparekraf Angela Kunjungi Galeri Ulos Sianipar dan UKM Bersama di Medan
Pemerintah memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 sampai 23 bulan.
''Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting,'' ucap Dirjen Endang. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: kemkes.go.id