Brigadir J Menangis Sebelum Tubuhnya Terkapar Tertembus Peluru

Brigadir J Menangis Sebelum Tubuhnya Terkapar Tertembus Peluru

Kuncinya, kata Kisnu, sebenarnya keterbukaan informasi. Menurut dia, untuk melengkapi sebuah puzzle, terdapat informasi yang bisa diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya korban, saksi, dan bukti lainnya.

BACA JUGA:Reaksi Bareskrim Usai Irjen Fadil Imran Dituding 'Terima Suap' dari Ferdy Sambo di Data Wikipedia, Ternyata...

“Lalu digital evidence (bukti/jejak digital). Digital evidence apakah CCTV doang? CCTV di luar rumah itu kan hanya menentukan bahwa si A ada di situ,” jelasnya seperti dikutip Disway.id dari Antaranews.com.

Selain itu, Kisnu menyebut ponsel dari para yang diduga terlibat dalam kasus ini juga diperiksa oleh ahlinya.

BACA JUGA:Keluarga Minta Alat Kelamin Brigadir J Juga Dieperiksa

Tindakan ini bertujuan untuk memeriksa call data record, pertukaran pesan, dan lainnya. Namun, kata dia, belum tentu langkah tersebut bisa memudahkan untuk memberikan penjelasan.

“Ya tentu saja belum, karena data itu hanya menunjukkan telah terjadi komunikasi antara jam sekian sampai jam sekian, kemudian tidak terjadi komunikasi lagi jam sekian,” ucapnya.

BACA JUGA:Bharada E Ungkap Semua Pengakuan Soal Tembak Brigadir J, Komnas HAM: Dia Ada Dalam Struktur Peristiwa..

Di samping itu, Kisnu mengingatkan publik jangan beranggapan bahwa setiap orang yang meninggal dalam kasus kejahatan itu merupakan korban.

“Luckenbill bilang, biasanya kekerasan itu ada trigger, ada yang memulai, ada yang melemparkan simbol, dan ada yang men-trigger munculnya simbol,” katanya.

BACA JUGA:Ungkap Misteri, Hari Ini Otopsi Ulang Jenazah Brigadir J akan Digarap, Vera Simanjuntak dan Rosti Ikut Datang?

Tapi masalahnya, tutur Kisnu, sering seseorang yang memulai itu memunculkan definisi situasi yang baru.

Definisi situasi baru itulah menyebabkan audiens merespons, dan ketika mendapatkan respons, sosok yang memulai ini kemudian merespons balik.

BACA JUGA:Dokter Forensik: Kasus Brigadir J Akan Dibuka Semua Hasilnya, Sabar!

Sampai pada satu titik, pertukaran simbol ini mencapai titik kritis. “Di situlah kemudian terjadi pembunuhan, kekerasan yang menyebabkan seseorang meninggal dunia,” katanya.(Disway.Id/Min4)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: pagaralampos.disway.id