Daya Tawar Indonesia di Tengah Kebijakan Tarif Dagang Trump: Langkah Strategis yang Perlu Ditempuh!
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.-net-
PAGARALAMPOS.COM - Di tengah tantangan yang muncul akibat kebijakan tarif dagang yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Pemerintah Indonesia sedang berupaya merumuskan langkah-langkah strategis untuk menghadapi situasi ini.
Penerapan tarif sebesar 32 persen terhadap barang-barang impor, termasuk yang berasal dari Indonesia, adalah sebuah kenyataan yang perlu diantisipasi dengan seksama.
Namun, menurut Achmad Nur Hidayat, ekonom dan pakar kebijakan publik dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Indonesia sebenarnya memiliki daya tawar dan modalitas yang, jika dikelola dengan tepat, dapat membuka jalan menuju kesepakatan yang saling menguntungkan atau "win-win solution" dengan Amerika Serikat.
BACA JUGA:Ekonomi Indonesia 2025: Ledakan Pertumbuhan atau Ancaman Resesi?
"Pertanyaannya bukan lagi pada apakah Indonesia memiliki daya tawar, melainkan bagaimana cara memaksimalkannya dalam proses negosiasi yang kemungkinan besar akan bersifat transaksional dan berfokus pada kepentingan nasional Amerika," ungkap Achmad.
Menurut Achmad, langkah awal yang perlu diambil adalah memahami filosofi di balik kebijakan tarif yang diterapkan Trump. Pendekatan "America First" cenderung melihat perdagangan internasional sebagai sebuah permainan yang memiliki hasil nol, di mana keuntungan satu pihak diartikan sebagai kerugian pihak lain.
BACA JUGA:Bisnis di Ambang Krisis? Ini Rahasia Bertahan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi!
"Fokus utama kebijakan ini adalah pada neraca perdagangan, penciptaan lapangan kerja domestik, serta perlindungan rantai pasokan untuk industri-industri strategis. Dalam konteks ini, tarif digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut, memaksa mitra dagang untuk memberikan konsesi atau menghadapi hambatan masuk ke pasar AS," jelasnya.
"Meskipun pendekatan ini terkesan konfrontatif, namun di sisi lain, ia juga membuka peluang bagi negara-negara seperti Indonesia," tambah Achmad.
BACA JUGA:Dunia di Ambang Krisis! Begini Dampak Geopolitik yang Mengguncang Ekonomi Global 2025!
Ia juga menyoroti bahwa pemerintahan Trump secara historis cenderung lebih suka pada kesepakatan bilateral yang bersifat transaksional dan memberikan keuntungan nyata bagi Amerika.
Achmad berpendapat, jika Indonesia dapat menunjukkan bahwa kerja sama ekonomi dengan Amerika memberikan nilai strategis yang signifikan lebih dari sekadar angka defisit perdagangan maka peluang negosiasi untuk menghindari atau meredakan dampak tarif akan semakin terbuka.
"Tantangannya adalah mengubah pandangan dari sekadar 'pengekspor barang murah' menjadi 'mitra strategis yang penting'," ungkapnya.
Dalam konteks ini, salah satu aset paling berharga yang dimiliki Indonesia adalah kekayaan sumber daya mineral kritis.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
