Rambut dan Status Sosial di Berbagai Budaya
Rambut dan Status Sosial di Berbagai Budaya--
BACA JUGA:Bagi Kamu yang Punya Jiwa Tomboy, Ini Dia 8 Rekomendasi Rambut Ala Korea yang Cocok
Dalam banyak masyarakat Afrika, rambut menjadi kanvas budaya sekaligus cermin status sosial.
Suku Yoruba, misalnya, mengukir identitas, peran sosial, dan bahkan status pernikahan seseorang lewat kepang dan pola cukuran rumit.
Semakin rumit dan simetris polanya, semakin tinggi status sosial orang tersebut.
Di masa modern, gaya rambut tetap memainkan peran sosial, mulai dari dreadlocks sebagai simbol perlawanan hingga rambut pink cerah sebagai pernyataan identitas.
Di balik setiap helai, tersimpan cerita tentang siapa kita di mata budaya tempat kita berdiri.
Di Korea pada masa Dinasti Joseon, tatanan rambut sangat menentukan posisi seseorang dalam hierarki sosial.
Wanita yang belum menikah akan mengepang rambut mereka ke belakang, sedangkan wanita yang telah menikah mengenakan sanggul khas bernama jjeokjin meori sebagai simbol status baru dalam masyarakat.
Para bangsawan laki-laki pun diwajibkan mengenakan topi tradisional di atas sanggul kecil mereka sebagai tanda kehormatan.
BACA JUGA:Mau Tampil Muda di Usia 50an? Berikut 10 Rekomedasi Gaya Rambut Agar Terlihat Beda
Setiap helai rambut ditata dengan penuh makna, mencerminkan kedisiplinan, kesucian, dan tata krama yang dipegang teguh oleh sistem konfusianisme kala itu.
Sementara itu, dalam budaya suku-suku asli Amerika, rambut adalah perpanjangan dari jiwa seseorang.
Banyak suku yang percaya bahwa rambut menyimpan kekuatan spiritual, sehingga memotongnya hanya dilakukan dalam momen-momen penting seperti berkabung atau ritual transisi hidup.
Bagi mereka, rambut panjang adalah lambang kebebasan dan koneksi dengan alam semesta. Dari zaman dahulu hingga kini, rambut tak pernah sekadar penutup kepala—ia adalah simbol status, warisan budaya, dan identitas yang melintasi batas ruang dan waktu.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
