Candi Bumi Ayu: Menyingkap Warisan Hindu Kuno di Sumatera Selatan
Candi Bumi Ayu: Menyingkap Warisan Hindu Kuno di Sumatera Selatan-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Di tengah hamparan sawah dan perbukitan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, terdapat sebuah situs bersejarah yang menyimpan jejak kejayaan peradaban Hindu di Nusantara.
Candi Bumi Ayu merupakan kompleks percandian bercorak Hindu satu-satunya di provinsi ini, menjadi bukti bahwa peradaban besar juga pernah berkembang di luar Pulau Jawa.
Candi ini tidak hanya menunjukkan arsitektur Hindu klasik, tetapi juga mencerminkan pengaruh budaya India yang kuat di wilayah tersebut.
Penemuan dan Letak Geografis
Candi Bumi Ayu pertama kali ditemukan oleh peneliti Belanda, van Sevenhoven, pada tahun 1864 di Desa Bumi Ayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten PALI, sekitar 285 kilometer dari Kota Palembang.
BACA JUGA:Kuliner Legendaris Sukabumi: Sajian Khas yang Menemani Sejarah Kota Sejak Masa Kolonial
Saat ditemukan, sebagian besar candi sudah rusak, terkubur tanah, dan tertutup semak belukar.
Meski begitu, sisa-sisa bata dan arca memberikan petunjuk penting mengenai kompleks percandian yang dahulu besar.
Sejak penemuan itu, pemerintah kolonial melakukan penelitian dan pemugaran bertahap, yang dilanjutkan setelah Indonesia merdeka.
Menurut Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Selatan, dari 10 bangunan candi di kawasan ini, hanya empat yang telah dipugar dengan baik, sementara sisanya masih berupa reruntuhan atau belum digali sepenuhnya.
BACA JUGA:Cungkring Bogor: Nikmatnya Hidangan Tradisional Penuh Cerita dan Sejarah
Latar Sejarah
Berdasarkan analisis arkeologis dan penanggalan karbon, Candi Bumi Ayu diperkirakan dibangun antara abad ke-8 hingga ke-13 Masehi. Kompleks ini diyakini merupakan pusat kerajaan Hindu yang pernah berkembang di bagian selatan Sumatera.
Beberapa sejarawan menilai candi ini terkait dengan Kerajaan Sriwijaya, meski Sriwijaya sendiri lebih dikenal sebagai kerajaan Buddha.
Hal ini menunjukkan adanya keragaman kepercayaan di wilayah tersebut pada masa lampau.
Candi Bumi Ayu memperlihatkan keterkaitan budaya dan agama dengan India Selatan, terlihat dari kemiripan arsitektur dan relief dengan candi-candi Hindu di India.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Suku di Jambi: Dari Tradisi Kuno hingga Pengaruh Peradaban Cina
Hal ini menegaskan bahwa pengaruh Hindu masuk melalui jalur perdagangan dan pertukaran budaya di pesisir Sumatera.
Arsitektur dan Struktur
Bahan utama candi-candi di kompleks ini adalah bata merah, mirip dengan beberapa candi di Jawa Timur, seperti Candi Jabung atau Candi Trowulan.
Candi utama, Candi 1, berbentuk persegi dengan tangga masuk dari arah timur, dan memiliki bilik tengah yang kemungkinan untuk menempatkan arca dewa.
Dalam penggalian, ditemukan arca Dewa Siwa, Ganesha, dan Nandi, kendaraan Dewa Siwa, menunjukkan bahwa candi ini menjadi pusat pemujaan Siwaisme.
BACA JUGA:Renaissance: Titik Balik Sejarah Eropa dan Revolusi Pemikiran Manusia
Selain itu, ditemukan yoni dan lingga, simbol kesuburan dalam ajaran Hindu, yang menegaskan fungsi candi sebagai tempat ritual penting bagi masyarakat masa lampau.
Fungsi Sosial dan Keagamaan
Seperti candi Hindu lainnya, Candi Bumi Ayu kemungkinan berperan sebagai pusat kegiatan keagamaan, tempat ibadah, dan pendidikan spiritual. Kompleks ini dikelilingi oleh pemukiman penduduk yang mendukung aktivitas ritual di dalamnya.
Banyaknya candi dalam satu kawasan menunjukkan bahwa lokasi ini memiliki kedudukan penting, mungkin sebagai pusat keagamaan regional. Candi-candi kecil di sekitar candi utama kemungkinan digunakan oleh kelompok pendeta atau pengikut sekte tertentu.
Pelestarian dan Wisata Budaya
Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah dan masyarakat setempat semakin menyadari pentingnya pelestarian Candi Bumi Ayu.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah dan Keunikan Upacara Tabuik di Pariaman
BPCB Sumatera Selatan melakukan konservasi, dan situs ini kini menjadi tujuan wisata sejarah di provinsi tersebut.
Dengan akses yang semakin mudah dan promosi yang dilakukan, Candi Bumi Ayu mulai dikenal luas oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Berbagai festival budaya dan kegiatan edukatif rutin digelar di sekitar candi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya situs ini sebagai warisan budaya bangsa.
Meski begitu, tantangan tetap ada, mulai dari kerusakan lingkungan, vandalisme, hingga keterbatasan anggaran untuk pemugaran lanjutan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
