Jejak Sejarah Alam dan Manusia
BACA JUGA:Rumah Adat Banua Maoge: Kekayaan Tradisi dan Nilai Filosofis Suku Mandar
Gunung Mutis menyimpan sejarah panjang, baik dari sisi geologi maupun kehidupan manusia.
Secara ilmiah, kawasan Mutis terbentuk dari aktivitas geologi purba yang juga membentuk barisan pegunungan di Nusa Tenggara. Kondisi batuan kapur yang mendominasi gunung ini menjadi karakter khas lanskap Timor.
Pada masa kolonial, pemerintah Hindia Belanda beberapa kali melakukan ekspedisi ilmiah ke Mutis karena tertarik dengan kekayaan flora dan fauna pegunungannya.
Kawasan ini dikenal memiliki jenis pohon endemik, seperti kayu putih Timor (Melaleuca cajuputi), serta satwa khas seperti kuskus Timor, ayam hutan, dan berbagai jenis kupu-kupu.
Sementara itu, masyarakat adat Mollo memanfaatkan kawasan Mutis untuk bercocok tanam, berburu, dan menjalankan ritual hidup.
BACA JUGA:Jejak Keemasan Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, Kejayaan, dan Keruntuhannya!
Mereka hidup selaras dengan alam, menjaga hutan dan padang rumput sebagai ruang leluhur yang tidak boleh dirusak.
Kawasan Konservasi dan Perubahan Zaman
Seiring berjalannya waktu, kawasan Gunung Mutis menghadapi tantangan modern. Penebangan kayu liar, perluasan ladang, serta perubahan iklim perlahan mengancam kelestarian gunung ini.
Untuk mengurangi kerusakan, pemerintah menetapkan Cagar Alam Mutis sebagai wilayah konservasi yang bertujuan melindungi ekosistem serta budaya masyarakat yang terkait dengannya.
Upaya pelestarian juga melibatkan komunitas adat yang memiliki sistem pengelolaan lingkungan turun-temurun.
Salah satunya adalah tradisi natoni—ritus adat yang memadukan syair, doa, dan penghormatan kepada bumi serta roh leluhur agar keseimbangan alam tetap terjaga.
Gunung Mutis sebagai Destinasi Wisata Budaya dan Alam
BACA JUGA:Raden Wijaya dan Tipu Muslihat Brilian yang Mengguncang Pasukan Mongol di Nusantara