Sejarah Gunung Batur: Letusan Dahsyat, Legenda Dewi Danu, dan Warisan Suci di Tanah Bali!

Rabu 15-10-2025,09:10 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Letusan ini juga meluluhlantakkan Pura Ulun Danu Batur, salah satu pura penting di Bali.

Namun, menariknya, beberapa bagian utama pura konon tetap berdiri tegak, yang dianggap masyarakat sebagai pertanda kekuatan spiritual dan perlindungan dewi penjaga danau, Dewi Danu.

Letusan besar berikutnya terjadi pada tahun 1926. Kali ini, lahar panas menelan seluruh Desa Batur Lama.

Penduduk yang selamat kemudian pindah ke lokasi baru yang lebih tinggi dan mendirikan kembali Pura Ulun Danu Batur di tempat sekarang.

BACA JUGA:Sejarah Tari Bambu Gila: Warisan Mistis dari Tanah Maluku yang Penuh Makna Spiritual!

Pura ini menjadi simbol kebangkitan masyarakat setelah bencana, sekaligus lambang hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Hingga kini, Gunung Batur masih tergolong gunung berapi aktif. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2000, meskipun skalanya lebih kecil dibanding masa lalu.

Aktivitas vulkanik tersebut menjadi pengingat bahwa alam Bali hidup dan dinamis, penuh energi yang harus dihormati dan dijaga keseimbangannya.

Legenda dan Nilai Sakral Gunung Batur

BACA JUGA:Sejarah Benteng Kalamata: Jejak Portugis di Ternate yang Masih Berdiri Kokoh!

Bagi masyarakat Bali, Gunung Batur bukan sekadar gunung berapi, tetapi juga tempat suci yang dijaga oleh kekuatan spiritual.

Menurut legenda, Gunung Batur merupakan perwujudan dari Dewi Danu, sang dewi air dan kesuburan.

Masyarakat percaya bahwa air dari Danau Batur adalah sumber kehidupan bagi seluruh pulau, karena dari sinilah air mengalir melalui sistem subak untuk mengairi sawah-sawah di Bali.

Kawasan Gunung dan Danau Batur juga menjadi pusat upacara keagamaan besar, salah satunya Piodalan di Pura Ulun Danu Batur yang diadakan setiap tahun.

BACA JUGA:Sejarah Perahu Kuno Punjulharjo: Bukti Kejayaan Maritim Nusantara dari Abad ke-8 Masehi!

Dalam upacara tersebut, umat Hindu Bali memberikan persembahan sebagai bentuk rasa syukur kepada alam dan permohonan agar keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan tetap terjaga — prinsip yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.

Kategori :