Bahasa dan Tradisi Lisan
Bahasa Sabu termasuk dalam rumpun Austronesia, dengan beberapa dialek yang memperkaya keragaman linguistik di kawasan timur Indonesia. Selain bahasa, masyarakat Sabu juga dikenal memiliki tradisi sastra lisan yang kuat.
Salah satu bentuk sastra lisan yang menonjol adalah deda, yaitu ungkapan puitis berisi nasihat, kisah leluhur, dan nilai moral.
Deda sering digunakan dalam upacara adat, dan berfungsi sebagai media pendidikan budaya bagi generasi muda agar mereka tidak melupakan akar sejarah dan identitas sukunya.
BACA JUGA:Resep Praktis Udang & Ayam Saus Tiram, Masakan Rumahan yang Lezat
Mata Pencaharian dan Kearifan Lokal
Sebagian besar masyarakat Sabu menggantungkan hidup pada pertanian lahan kering. Tanaman seperti jagung, ubi, kacang-kacangan, dan padi ladang menjadi sumber pangan utama.
Selain bertani, mereka juga beternak kambing, sapi, serta kuda Sabu, yang terkenal tangguh dan sering digunakan dalam kegiatan adat maupun transportasi tradisional.
Keterampilan menenun juga menjadi ciri khas yang melekat pada masyarakat Sabu. Tenun ikat Sabu dikenal memiliki motif dan warna alami dengan makna simbolis yang mendalam, biasanya dipakai dalam upacara penting seperti pernikahan atau ritual adat.
Pelestarian Budaya di Tengah Modernisasi
Walaupun modernisasi membawa perubahan besar, masyarakat Sabu tetap berupaya mempertahankan warisan leluhur mereka. Upacara Jingi Tiu, pesta panen, serta pernikahan adat masih dilakukan dengan penuh makna.
BACA JUGA:Lezatnya Masakan Tradisional Sumbawa, Warisan Rasa yang Wajib Dicoba!
Pemerintah daerah bersama masyarakat lokal kini aktif menggelar festival budaya, pameran tenun, dan kegiatan pariwisata berbasis adat untuk memperkenalkan kebudayaan Sabu ke dunia luar.
Melalui semangat tersebut, Suku Sabu tidak hanya menjaga identitasnya di tengah arus globalisasi, tetapi juga berperan penting dalam memperkaya khazanah budaya bangsa Indonesia.