Catatan ekspedisi Low kemudian membuka jalan bagi penelitian ilmiah mengenai kekayaan flora dan fauna di kawasan Kinabalu.
Pada awal abad ke-20, Kinabalu semakin dikenal sebagai tujuan pendakian internasional. Jalur pendakian mulai dibuka lebih luas, dan fasilitas sederhana didirikan untuk memudahkan para pendaki.
Hingga kini, Gunung Kinabalu menjadi salah satu destinasi mendaki paling populer di Asia, menarik ribuan wisatawan dari seluruh dunia setiap tahunnya.
BACA JUGA:Sejarah dan Nilai Penting Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 bagi Persatuan Indonesia
Kekayaan Flora dan Fauna
Selain sejarah budaya, Gunung Kinabalu juga terkenal dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Taman Nasional Kinabalu yang mencakup area seluas lebih dari 75 ribu hektar menjadi rumah bagi ribuan spesies tumbuhan, ratusan jenis burung, serta berbagai satwa langka.
Salah satu yang paling terkenal adalah bunga rafflesia, bunga parasit terbesar di dunia.
BACA JUGA:Menjelajah Wisata Sejarah yang Membuat Kita Serasa Hidup di Masa Lalu
Selain itu, berbagai anggrek eksotis, tumbuhan pitcher (kantong semar), dan fauna endemik juga menjadikan kawasan ini bernilai ilmiah sangat tinggi.
Gempa Bumi dan Perubahan Sejarah
Pada 5 Juni 2015, Gunung Kinabalu mengalami gempa bumi dengan magnitudo 6,0. Kejadian ini menyebabkan kerusakan serius pada jalur pendakian, runtuhan batu besar, dan korban jiwa, termasuk para pendaki.
Gempa ini dianggap sebagai salah satu bencana paling bersejarah di kawasan Sabah.
Namun, setelah proses pemulihan, jalur pendakian dibuka kembali, dan Kinabalu tetap menjadi simbol kekuatan sekaligus kerentanan alam.
Warisan Budaya dan Identitas
BACA JUGA:Jejak Sejarah, Filosofi, dan Simbol Kepemimpinan Suku Ende-Lio di Nusa Tenggara Timur