Sejarah Rumah Adat Betang: Simbol Kebersamaan dan Kearifan Lokal Masyarakat Dayak!

Minggu 24-08-2025,11:58 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Bentuk dan Struktur Arsitektur

Rumah Betang umumnya berbentuk rumah panggung dengan ketinggian antara 3 hingga 5 meter dari permukaan tanah.

Ketinggian ini tidak hanya berfungsi sebagai perlindungan, tetapi juga sebagai ruang penyimpanan hasil panen maupun tempat berlindung hewan ternak.

Panjang rumah Betang bisa mencapai puluhan hingga ratusan meter, dengan lebar sekitar 30 meter.

Satu rumah Betang bisa dihuni oleh puluhan hingga ratusan orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan.

BACA JUGA: Jejak Douwes Dekker: Tokoh Belanda yang Menyalakan Semangat Nasionalisme di Hindia Timur

Ruang-ruang di dalamnya dibagi secara adil untuk setiap keluarga, sedangkan bagian tengah biasanya digunakan sebagai tempat berkumpul, bermusyawarah, dan melaksanakan upacara adat.

Tangga rumah Betang terbuat dari batang kayu besar yang diukir dan dilubangi.

Uniknya, jumlah tangga biasanya ganjil, karena masyarakat Dayak percaya bahwa angka ganjil membawa keberuntungan.

Atap rumah terbuat dari sirap atau daun rotan, sementara dindingnya menggunakan kayu ulin yang terkenal kuat dan tahan lama.

BACA JUGA:Napoleon: Dari Penakluk Eropa hingga Ikon Revolusi Bersejarah

Fungsi Sosial Rumah Betang

Lebih dari sekadar tempat tinggal, rumah Betang memiliki fungsi sosial yang sangat penting.

Masyarakat Dayak hidup berdasarkan prinsip kebersamaan, saling membantu, dan gotong royong.

Nilai-nilai ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari di dalam rumah Betang.

BACA JUGA:Mengenal Bedding Ceremony: Ritual Pernikahan Unik di Kalangan Bangsawan

Kategori :