BACA JUGA:Sejarah Gunung Malabar: Warisan Kolonial, Teknologi Radio, dan Kearifan Lokal di Selatan Bandung!
Keanekaragaman Hayati
Bukit Peramun juga dikenal dengan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa. Di sini, lebih dari 100 jenis pohon telah tercatat, termasuk pohon langka seperti pelawan (Tristaniopsis merguensis) yang hanya ada di beberapa wilayah Indonesia.
Selain tumbuhan, satwa yang menarik perhatian adalah Tarsius Belitung (Tarsius bancanus saltator), primata kecil bermata besar yang aktif di malam hari.
Satwa ini menjadi simbol konservasi di kawasan ini.
Transformasi Jadi Wisata Edukasi Digital
Dalam beberapa tahun terakhir, Bukit Peramun bertransformasi menjadi destinasi wisata edukasi dengan sentuhan teknologi digital yang ramah lingkungan.
Komunitas lokal, seperti Komunitas Arsel (Akar Selumar), berinisiatif mengenalkan kearifan lokal melalui pendekatan modern tanpa merusak alam.
Salah satu inovasi menarik adalah penggunaan teknologi augmented reality (AR) yang memungkinkan pengunjung memperoleh informasi tentang tumbuhan, satwa, dan legenda setempat melalui aplikasi ponsel pintar.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Candi Bubrah: Warisan Buddha yang Terselip di Balik Keindahan Prambanan
Konsep ini menjadikan Bukit Peramun sebagai salah satu destinasi wisata digital pertama di Indonesia yang menggabungkan pelestarian alam dan teknologi mutakhir.
Pelestarian Tradisi dan Dukungan Pemerintah
Meski kini menjadi tempat wisata kekinian, nilai-nilai budaya dan sejarah tetap terjaga. Tradisi meramu obat herbal terus dilestarikan, serta komunikasi spiritual dengan alam tetap dijaga oleh masyarakat.
Beberapa ritual adat, seperti “Nganggung” — tradisi makan bersama khas Belitung — masih rutin dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya leluhur.
Pemerintah daerah pun mendukung pengembangan kawasan ini sebagai destinasi unggulan, termasuk dalam program Geopark Belitung yang telah mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai bagian dari Global Geopark Network.