Meskipun memiliki pesona alam dan nilai sejarah yang tinggi, Danau Sidihoni masih tergolong sebagai destinasi wisata yang belum tersentuh secara maksimal.
Sarana dan prasarana masih terbatas, dan jalan menuju lokasi pun cukup menantang, terutama di musim hujan. Namun, kondisi ini justru menjadi keunggulan tersendiri bagi para wisatawan pencinta alam dan sejarah, karena memberikan pengalaman yang otentik dan jauh dari keramaian.
Pemerintah Kabupaten Samosir telah menyusun rencana untuk mengembangkan kawasan ini sebagai tujuan wisata alternatif. Meski demikian, hambatan seperti keterbatasan dana dan infrastruktur menjadi tantangan yang harus diselesaikan secara bertahap.
BACA JUGA:Rekomendasi Wisata Pekanbaru: Menjelajahi Pesona Alam, Budaya, dan Sejarah di Ibu Kota Riau!
BACA JUGA: Jejak Sejarah Suku Zulu: Bangsa Pejuang yang Mengukir Legenda Afrika Selatan
Lebih dari sekadar tempat wisata, Danau Sidihoni merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Batak. Danau ini sering disebut dalam nyanyian tradisional, cerita rakyat, hingga upacara adat.
Bagi masyarakat setempat, air danau ini bukan hanya simbol kehidupan, tapi juga lambang kesucian yang harus dijaga.
Kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan warisan budaya terus dijaga melalui nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.