Tulang dari jenazah yang sudah dikubur akan diangkat kembali. Proses ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan disertai pembersihan menggunakan air serta ramuan tradisional, sebagai bentuk penghormatan kepada roh yang masih diyakini hadir.
BACA JUGA:Sejarah Danau Ranau: Keindahan Alam dan Warisan Geologi di Perbatasan Sumatera Selatan dan Lampung
BACA JUGA:Rekomendasi Wisata Pekanbaru: Menjelajahi Pesona Alam, Budaya, dan Sejarah di Ibu Kota Riau!
2. Menempatkan Tulang di Sandung
Tulang yang telah dibersihkan kemudian ditempatkan dalam Sandung, yaitu rumah kecil dari kayu yang dihiasi dengan ukiran khas Dayak.
Sandung menjadi tempat suci yang menjadi kediaman simbolis bagi roh yang telah dihantarkan.
3. Persembahan dan Perayaan Adat
Upacara disertai dengan berbagai persembahan seperti penyembelihan babi, ayam, atau bahkan kerbau.
Kegiatan ini diiringi musik tradisional, tarian, serta nyanyian adat sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas kepergian roh menuju alam baka.
BACA JUGA: Jejak Sejarah Suku Zulu: Bangsa Pejuang yang Mengukir Legenda Afrika Selatan
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kerajaan Berau, Pusat Perdagangan dan Maritim Kalimantan Timur
4. Pengantaran Roh ke Alam Rohani
Ritual puncak dipimpin oleh tokoh adat atau balian, yang membacakan doa-doa dan mantra agar roh benar-benar berpindah dari dunia fana menuju Lewu Tatau.
Di saat inilah masyarakat percaya roh telah menemukan kedamaian abadi.
Peran Sosial dan Tantangan Pelestarian Tiwah
Tiwah juga menjadi ajang mempererat hubungan sosial antarwarga. Keterlibatan kolektif terlihat dalam bentuk gotong royong—baik tenaga, dana, maupun logistik.