BACA JUGA:Sejarah Bukit Ketapang: Dari Jejak Perjuangan Rakyat hingga Warisan Alam yang Menawan!
Salah satu letusan besar terjadi pada tahun 1992, ketika lava pijar mengalir deras dan menghancurkan beberapa pemukiman.
Letusan lain pada tahun 2009 juga sangat signifikan, memaksa ribuan warga mengungsi karena ancaman awan panas dan banjir lahar.
Pada tahun 2011 dan 2015, Karangetang kembali menunjukkan aktivitas tinggi yang mengkhawatirkan.
Hingga kini, gunung ini terus dipantau secara intensif oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), karena pergerakan magmanya yang cukup aktif dan potensi bahayanya yang tinggi.
Kehidupan Masyarakat Sekitar Gunung
BACA JUGA:Mengenali Sejarah Danau Kembar: Jejak Alam dan Legenda dari Ranah Minang!
Meskipun hidup berdampingan dengan ancaman bencana, masyarakat Pulau Siau tetap menjadikan lereng Karangetang sebagai tempat bermukim.
Tanah subur hasil dari abu vulkanik menjadikan daerah ini cocok untuk pertanian.
Penduduk setempat memiliki kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun untuk mengenali tanda-tanda alam sebelum gunung meletus, seperti perubahan warna asap, suara gemuruh dari perut bumi, hingga tingkah laku hewan.
Ada pula unsur spiritual yang melekat dalam hubungan masyarakat dengan Karangetang.
BACA JUGA:Sejarah Danau Talang: Permata Alam di Lereng Gunung Talang!
Dalam beberapa tradisi, masyarakat mengadakan ritual tertentu untuk meminta keselamatan dan perlindungan dari ancaman letusan.
Peran dalam Ilmu Pengetahuan dan Wisata
Gunung Karangetang menjadi objek penting dalam studi vulkanologi.
Para ahli sering menjadikan gunung ini sebagai lokasi penelitian karena frekuensi erupsinya yang tinggi memberikan banyak data tentang dinamika magma, jenis letusan, dan pola seismik.