Sejarah Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu: Warisan Dakwah Sang Wali yang Tak Lekang oleh Zaman!

Senin 16-06-2025,15:03 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Kompleks makam terdiri dari beberapa bagian, termasuk gerbang utama, area peziarahan, dan bangunan cungkup yang menaungi makam Sunan Kalijaga.

Arsitekturnya mencerminkan perpaduan antara gaya Hindu-Jawa dan unsur Islam, sebuah ciri khas dari masa transisi budaya yang dijembatani oleh para wali.

Cungkupnya memiliki atap berbentuk limasan dan ukiran kayu yang kaya makna simbolik.

Di sekitar makam utama, terdapat pula makam-makam lain dari para keturunan Sunan Kalijaga dan tokoh-tokoh penting lainnya.

Area ini biasanya ramai pada hari-hari tertentu, seperti malam Jumat Kliwon, bulan Maulid, dan bulan Suro, di mana ribuan peziarah datang untuk berdoa dan mencari berkah.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Buol: Warisan Budaya dan Peradaban dari Ujung Utara Sulawesi!

Peran Keturunan Sunan Kalijaga

Salah satu hal unik dari makam Sunan Kalijaga adalah keterlibatan aktif keturunannya dalam merawat dan melestarikan situs ini.

Para abdi dalem dan juru kunci makam berasal dari garis keturunan Kadilangu, yang juga dikenal sebagai keturunan langsung sang wali.

Mereka tidak hanya menjaga makam secara fisik, tetapi juga menjaga nilai-nilai ajaran Sunan Kalijaga agar tetap hidup di tengah masyarakat.

Bahkan hingga saat ini, keturunan Kadilangu masih memainkan peran penting dalam berbagai ritual tradisional yang digelar di kompleks makam.

seperti Grebeg Besar dan upacara penjamasan pusaka.

Makam Sebagai Pusat Spiritual dan Budaya

BACA JUGA:Akar Perjuangan. Reog Ponorogo Dari Simbol Perlawanan ke Warisan Budaya yang Mendunia

Lebih dari sekadar tempat pemakaman, makam Sunan Kalijaga menjadi pusat spiritual yang hidup.

Setiap tahunnya, ribuan peziarah dari berbagai penjuru tanah air datang untuk ngalap berkah (mencari keberkahan), memohon doa, atau sekadar merenungi kehidupan sang wali.

Kategori :